Marcko Ferdian
Marcko Ferdian Mahasiswa

Love what you have || Kompasianer pemula

Selanjutnya

Tutup

TRADISI Artikel Utama

Tradisi Mudik dan Nilai-Nilai yang Perlu Dimaknai

13 April 2022   12:03 Diperbarui: 14 April 2022   10:13 2382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tradisi Mudik dan Nilai-Nilai yang Perlu Dimaknai
Ilustrasi pemudik. Warta Kota/Henry Lopulalan

Ilustrasi Bermaaf-maafan/Sumber Foto: Shutterstock
Ilustrasi Bermaaf-maafan/Sumber Foto: Shutterstock
Mudik Bukan Ajang Pamer

Sikap pamer saat mudik memiliki potensi untuk dilakukan tanpa sadar apalagi ketika suasana mudik dipenuhi dengan sukacita karena bertemu dengan sanak keluarga. Untuk itu diperlukan kedisplinan tinggi untuk menahan gejolak tersebut.

Kiat-kiat yang dapat dilakukan untuk mengatasi sikap pamer ini adalah memakai analogi ukuran baju. Misalnya ukuran yang digunakan adalah ukuran "M" jangan lalu dipaksakan untuk memakai "L" atau "S" jika demikian ada kemungkinan terlalu besar sehingga kelonggaran, atau kekecilan dan robek. 

Artinya ketika mudik ke kampung halaman, jangan menjadikan omongan orang untuk menilai diri kita sebab kalau itu dijadikan patokan, kemungkinan yang ada adalah banyak berhutang, atau budget yang disipakan malah terbuang sia-sia untuk hal yang bukan prioritas (boros).

Selain itu sering-seringlah melihat ke atas dan bersikap rendah hati dalam arti tengoklah orang yang memiliki banyak kelebihan dibanding kita agar kita tidak bersikap sombong karena sikap sombong berpotensi untuk bersikap pamer.

Kiat berikutnya adalah hilangkan sikap egoisme dan sadari bahwa pencapaian kita juga karena bantuan orang lain. Sadar akan bantuan orang lain dalam pencapaian kita menyadarkan dan menghilangkan potensi sikap pamer.

Selanjutnya kiat yang bisa kita lakukan adalah banyak berbagi terutama kepada yang sangat membutuhkan. Dengan sikap berbagi ini membantu menyadarkan kita bahwa masih banyak orang yang kurang beruntung dibandingkan kita sehingga dengan sendirinya rasa ingin pamer akan hilang.

Kiat terakhir adalah sadari bahwa kelebihan yang kita miliki hanyalah titipan. Saat semuanya dipanggil menghadap Sang Pencipta, semua kelebihan itu ditinggalkan di dunia.

Pada akhirnya mudik seharusnya betul-betul disadari dan dimaknai sebagai ajang mendekatkan diri dengan Pencipta selain itu sebagai sarana menyambung hubungan spiritual dengan leluhur lewat ziarah dan menyambung tali silaturahmi dengan keluarga, kerabat dan sahabat.

Referensi :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun