Nurdianto Setiawan
Nurdianto Setiawan Administrasi

menapaki kebenaran, menyeru kebaikan

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN

Menjadi Tuan Rumah bagi Tamu Istimewa

14 April 2021   07:36 Diperbarui: 14 April 2021   07:39 928
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menjadi Tuan Rumah bagi Tamu Istimewa
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Sama seperti sebelumnya, menjelang datang dan di awal bulan Ramadhan, bertebaran ucapan marhaban.

Menurut KBBI, marhaban diartikan sebagai kata seru (afektif) untuk menyambut atau menghormati kedatangan tamu, yang artinya  selamat datang.  

Dalam bahasa Arab, marhaban merupakan kata turunan dari 'rahb' yang berarti 'luas atau lapang'. Sehingga ucapan ini menunjukkan kelapangan dada atas tamu yang akan segera datang. Seseorang yang mengucapkannya akan menerima dengan penuh kegembiraan dan mempersilahkan segala sesuatu dengan baik untuk membuat tamu merasa lebih nyaman.

Ramadhan adalah tamu  istimewa. Tamu yang memberikan banyak harapan kebaikan bagi tuan rumah yang mau memuliakannya. Sadarkah saat Ramadhan hadir di beranda rumah kita, berarti kita telah dipilihnya? Berapa banyak beranda rumah yang tak lagi dikunjunginya, karena pemilik rumah telah pergi meninggalkannya? Tidakkah kita ingin menjadi tuan rumah yang baik bagi tamu istimewa?

Mari, suguhkan hidangan yang istimewa dari yang kita punya. Temui dia dengan kehangatan tutur sapa kita. Sibukkan kita untuk memuliakannya. Layani dia dengan sepenuh hati kita. Jangan cuekin dia, dan jangan biarkan saat dia pamit tak ada yang tersisa bagi kita, dari semua keistimewaannya.

Dari Jabir RA, bahwasanya Nabi SAW naik ke mimbar. Ketika beliau naik ke anak tangga pertama, kedua, dan ketiga beliau mengucapkan, "Amiin". Lalu para sahabat bertanya: Wahai Rasulullah, kami semua mendengar engkau berkata: Amiin, amiin, amiin.
Beliau menjawab, "Ketika aku menaiki tangga pertama, Jibril datang kepadaku dan berkata: Celakalah seorang hamba yang mendapati bulan Ramadan namun dosanya tidak diampuni. Maka Aku pun berkata: Amiin.
Kemudian Dia (Jibril) berkata: Celakalah seorang hamba, jika mendapati kedua atau salah satu orang tuanya masih hidup, namun keberadaan kedua orang tuanya tidak membuatnya masuk ke dalam surga. Aku pun berkata: Amiin.
Kemudian Dia (Jibril) berkata: Celakalah seorang hamba, jika namamu disebutkan dihadapannya tapi dia tidak bershalawat untukmu. Maka Aku pun berkata: Amiin. (HR. Ibnu Khuzaimah)

Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun