Ahmad Indra
Ahmad Indra Administrasi

Aku ingin begini, aku ingin begitu. Ingin ini ingin itu banyak sekali

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Idul Fitri yang Tak Selalu Fitri

6 Juni 2019   07:58 Diperbarui: 6 Juni 2019   19:10 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Idul Fitri yang Tak Selalu Fitri
Kartun lebaran | Gambar www.bp-guide.id

Aku sing neng paran bisaku mung kirim layang // Tulisan tangan ana ing kartu lebaran // Jane pingin bali ing dina fitri kang suci // Nyuwun pangaksami s'daya dosa-dosa niki

Kalimat di atas adalah petikan lirik tembang campursari yang dinyanyikan oleh Didi Kempot berjudul Tulisan Tangan. Berisi tentang curahan hati seorang perantau yang tak bisa mudik untuk merayakan Idul Fitri bersama keluarga di kampung halaman. 

Dan saat ini saya mengalami hal yang sama, bedanya mas Didi Kempot hanya bisa kirim kartu lebaran sedangkan saya dan keluarga kecil bisa video call dengan keluarga di kampung halaman. Ada yang kurang sih, tapi setidaknya tak membuat absen pulang kampung Syawwal ini sepedih lantunan lagu campursari itu.

Gimana Kabar Puasa Kita?

Ramadhan adalah bulan penempaan diri agar menjadi insan yang bertaqwa, status yang oleh para ulama dibeberkan melalui beberapa huruf penyusunnya. Huruf ta' untuk tawadlu' (rendah hati), qaf untuk qana'ah (merasa cukup), wau untuk wara' (terpelihara dari hal-hal haram dan syubhat) dan yaqin (yakin terhadap hal yang berasal dari Allah melalui firman dan putusan-Nya) untuk huruf ya'.

Sungguh empat sifat tersebut akan membentuk pribadi muslim yang unggul secara spiritual. Dan sebagaimana mestinya, sebuah keunggulan tak bisa didapatkan dengan usaha yang biasa-biasa saja. Bonus berlimpah dijanjikan Allah agar manusia bergerak untuk melakukan perbuatan baik. Dan kita lalu melihat orang-orang berbondong-bondong untuk datang untuk shalat berjamaah di masjid, berlomba-lomba mengkhatamkan Al-Quran, bersedekah, i'tikaf dan lain sebagainya.

Diantara mereka ada yang konsisten dengan amalnya, namun ada juga yang mengendur semangatnya seiring dengan pergerakan hari di bulan suci. 

Saat Ramadhan mendekati akhir, ada diantara muslim yang merasa akan kehilangan kesempatan setahun sekali dalam taqarrub ilallah dan mendapat keuntungan yang luar biasa besar dari "perdagangan" dengan Allah. Namun ada pula yang merasa akan segera terbebas dari batasan-batasan yang mengungkung selama puasa. 

Di antara kaum muslimin, ada yang menginginkan semua bulan dalam setahun dijadikan sebagai bulan Ramadhan. Mereka adalah orang-orang dengan tingkat keimanan mumpuni yang menjadikan puasa tak sekedar sebagai penahan lapar dan dahaga namun juga menahan segala hal yang menggugurkan keutamaan puasa seperti dusta, menggunjing, fitnah/adu domba, pandangan dengan syahwat dan kesaksian palsu. 

Dan di atasnya lagi, golongan yang menjaga hatinya dari  masalah keduniawian sehingga mustahil bagi mereka memikirkan menu apa yang akan digunakan untuk berbuka apalagi menghabiskan sorenya dengan ngabuburit sembari berburu kolak. Puasa golongan pertama di atas adalah puasa khusus (shaumul khushush) sedangkan jenis ke dua (shaumul khushusil khusshush) adalah puasanya para nabi, shiddiqin dan muqarrabin.

Lalu masuk ke katagori mana puasa kita?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun