Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1
Tidak Punya Skill, Tetap Beraktivitas Positif di Sela-sela Berpuasa
Sebagian dari kita mungkin pernah mendengar nama Gatot Kaca atau bahkan sangat familiar dengan nama ini. Yap, Gatot Kaca adalah nama seorang tokoh dalam dunia pewayangan yang sakti mandraguna sekaligus sangat disegani.
Begini kurang lebih cerita singkatnya. Untuk bisa menjadi seorang tokoh kadigdayaan pilih tanding di se antero kahyangan, Gatot Kaca (Jawa = Gatut Koco) yang di masa bayinya bernama Tetuka (Jawa = tetuko) terlebih dulu melalui proses penempaan (penggemblengan) diri.
Oleh gurunya yakni Batara Narada (Jawa = Betoro Narodo), Gatot Kaca dimasukkan ke dalam Kawah Candradimuka yang berada di Gunung Jamurdipa. Narada meminta bantuan para guru (dewa) lainnya untuk menggembleng Tetuka dengan cara memasukkan beragam pusaka (kesaktian) ke dalam tubuh Tetuka. Beragam kesaktian para dewa tadi akhirnya melebur jadi satu, masuk ke dalam tubuh Gatot Kaca.
Akhirnya mewujudlah Tetuka dewasa yang kelak bernama Gatot Kaca, seorang pahlawan di jagad kahyangan yang sakti mandraguna, gagah perkasa bak berotot kawat bertulang besi (Jawa = otot kawat, balung wesi).
Dengan kesaktian yang dimilikinya, Gatot Kaca berhasil mengalahkan musuh-musuhnya dan memberantas berbagai kejahatan. Batara Krisna (Jawa = betoro kresno) dan Pandawa (Jawa = pendowo) juga meminta Gatot Kaca agar menghilangkan sifat-sifat buruknya sebagai keturunan raksasa.
Baju (rompi) saktinya yang bernama Antakusuma (Jawa = ontokusumo) menjadikan Gatot Kaca bak seekor burung yang bisa terbang ke angkasa lalu menantang dan mengalahkan musuh-musuhnya.
Berpuasa Ramadan bak menggembleng diri dalam kawah Candradimuka
Apa yang dilakukan umat Islam di bulan suci Ramadan tak berbeda jauh (untuk maksud sederhananya lho) dengan apa yang dialami Tetuka hingga tumbuh menjadi Gatot Kaca, sang kesatria Pringgadani (Jawa = pringgodani) yang jadi jagoan para dewa di kahyangan.
Bahwa berpuasa di bulan suci Ramadan dengan ihlas dengan mengharap ridhoNya ibarat Gatot Kaca yang menggembleng dirinya di dalam kawah Candradimuka.
Segala sifat keangkara-murkaan dan beragam perilaku buruk yang ada pada diri Tetuka seperti sifat dan watak buruk para raksasa akan lebur setelah berendam dalam kawah Candradimuka.
Kaum muslimin dan muslimat yang telah menunaikan ibadah puasa sebulan penuh nantinya akan menjadi pribadi yang unggul nan tangguh yang bertakwa serta berakhlakul karimah bak tokoh Gatot Kaca yang berotot kawat dan bertulang besi setelah di dalam dirinya melebur berbagai kesaktian dari para dewa.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya