Arofiah Afifi
Arofiah Afifi Guru

Hobi membaca, menulis blog. Penulis artikel, sedang mendalami fiksi dan Sastra.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Saling Memaafkan: Menyongsong Ramadan Lebih Baik

12 Maret 2024   09:21 Diperbarui: 12 Maret 2024   10:39 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saling Memaafkan: Menyongsong Ramadan Lebih Baik
Sumber gambar: Kompasiana 

Sekalipun empat orang tersebut melakukan puasa sepanjang Ramadan, bertarawih sepanjang  malam, bersedekah, rajin tilawah dan banyak berbuat amal saleh. Maka Allah akan menolak semua amalan dan sia-sia belaka. 

Dalam sebuah hadis yang dijelaskan Rasulullah, keempat orang tersebut adalah:


1. Pecandu minuman keras dan narkoba yang tidak bertobat selama bulan Ramadan.
Golongan ini meskipun dia bersungguh-sungguh dalam beribadah, namun jika dia tidak memohon ampunan atas dosanya sebagai pecandu, maka Allah tolak semua ibadahnya.

2. Jenis golongan kedua adalah: Anak yang durhaka kepada kedua orang tua.

Berbakti kepada orang tua memang penuh ujian, namun mendurhakai orang tua berakibat murka dan akan diabaikan Allah. Maka solusinya sebelum Ramadan kita sebagai seorang anak, untuk bersegera meminta ampunan dan maaf kepada kedua orang tua.
Jangan sampai kita menyesal dan Ramadan berlalu tanpa ibadah yang berarti.

3. Orang yang memutuskan silaturahmi
Silaturahmi di sini lebih kepada hubungan darah, misal keluarga, orang tua, kakak adik dan seterusnya.
Dengan siapa kita bersaudara (kakak dan adik), dari orang tua mana kita dilahirkan, semua atas kehendak Allah. Maka hak keluarga adalah menerima kasih sayang, cinta, saling memaafkan dan mempererat hubungan kekeluargaan. Sungguh keliru jika kita berpikir saudara rasa orang lain, orang lain rasa saudara. Kita bisa berbuat baik pada orang lain namun menutup hati pada keluarga sendiri.
 
4. Golongan keempat. Orang yang menyimpan kebencian, amarah atau dendam kepada orang beriman/hamba Allah yang lainnya.


Teringat satu tahun yang lalu sekitar bulan Desember atau Januari, saya terlibat kepanitiaan sebuah acara. Di dalam aktivitas tersebut, saya merasa mendapatkan perlakuan yang menurut saya tidak adil dan menyakitkan hati. Jujur sebagai manusia yang lemah saat itu saya merasa terzalimi dan menyimpan rasa sakit hati saya beberapa lama. 

Hingga saya berucap dan mengadu kepada Allah "ya Allah saya akan rido dan memaafkan mereka tanpa mereka meminta maaf, ketika Engkau memberikan saya sinyal bahwa mereka menyadari kesalahannya."
Saya tidak ingat berapa lamanya saya simpan sakit hati itu dan akhirnya saya putuskan berdamai dengan diri sendiri. Memaafkan tanpa menunggu permintaan maaf. Namun, hal ini menjadi pelajaran bagi saya bahwa memaafkan orang lain jauh lebih utama dan tanpa menunda lama, karena ampunan dan Rahmat Allah lebih mulia.  Dan jangan sampai rasa dendam, dan sakit hari tersebut dibawa hingga Ramadan karena akan merugi, dengan tidak mendapatkan Ampunan dan Rahmat Allah.


Saya mengingat sebuah kisah, suatu hari Rasulullah sedang berkumpul dengan para sahabat setelah salat berjamaah lalu Rasulullah bersabda:


"Sebentar lagi akan datang seseorang yang dijamin masuk surga oleh Allah Swt." dan melintaslah seorang pria Badu'i. Hal ini terjadi selama tiga hari. Lantas sahabat Abdullah bin Amr, mengikuti dan mengunjungi pria Badu'i tersebut, dan menginap selama tiga hari. Selama tiga hari itu pula Abdullah bin Amr perhatikan, gerangan apa amalan ibadah yang membawanya dijamin Allah masuk syurga. Karena tidak ada amalan  yang istimewa maka Abdullah bin Amr mencari tahu apa amalan pria tersebut.

Pria Badu'i itu pun menjelaskan  "Aku memang tidak punya amalan khusus, hanya saja aku selalu berusaha memaafkan mereka yang menyakitiku baik sengaja maupun tidak sengaja serta menghilangkan rasa benci, iri dan dengki kepada semua orang"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun