Mbak Avy
Mbak Avy Penulis

Kompasianer Surabaya | Alumni Danone Blogger Academy 3 | Jurnalis hariansurabaya.com

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Berburu Maaf di Momen Idul Fitri

5 Juni 2019   10:15 Diperbarui: 5 Juni 2019   11:36 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berburu Maaf di Momen Idul Fitri
dokumentasi pribadi

Adzan magrib berkumandang. Sontak semuanya mengambil segelas air putih dan 3 butir kurma untuk membatalkan puasa. Buka puasa kali ini cukup istimewa. Karena tuntas sudah kita menjalankan puasa sebanyak 30 hari di bulan Ramadan ini. Dimana 30 hari kita sudah di uji dalam menahan lapar, emosi, godaan dan hasutan.

Sebenarnya setiap bulan Ramadan, apapun keadaan yang ada kita memang harus siap untuk menerimanya dengan sabar dan ikhlas. Tapi tahun ini sepertinya memang lebih berat, karena kita melewati juga tahun politik seperti pemilu, pilpres dan pileg. Dimana suhu politik yang panas sangat mempengaruhi kondisi sosial masyarakat.

Imbas itupun sangat terasa di keluarga saya. Baik keluarga kecil maupun keluarga besar. Setiap orang mempunyai pilihan, sehingga mau tidak mau ada dua kubu berbeda pilihan. 

Tapi untunglah, keluarga kami sepakat untuk tidak pernah membahas politik di ranah umum seperti group WhatsApp keluarga atau ketika ngobrol bareng-bareng. Semua menghindari konflik dan gesekan yang pastinya akan terjadi kalau yang dibahas itu masalah politik.

Mengapa momen Idul Fitri ini tepat untuk berburu maaf? Karena bersilaturahmi dan saling memaafkan pada hari raya Idul Fitri itu merupakan tradisi turun temurun dari bangsa Indonesia. 

Setelah kita berpuasa selama sebulan penuh, momen lebaran secara tidak langsung mengajak setiap orang untuk saling bertemu dalam suasana yang penuh kehangatan. Dengan suka rela meminta maaf atas kesalahan yang pernah dilakukan baik disengaja maupun tidak. 

Baik itu berupa lisan maupun perbuatan, lahir dan batin. Begitupun yang dimintai maaf, biasanya dengan suka rela akan memberi maaf dengan ikhlas. Itulah budaya bangsa kita.

Disamping itu, Idul Fitri juga merupakan rekonsiliasi massif dan massal yang menciptakan suasana tentram dan akrab di masyarakat. Tradisi ini bukan hanya dapat dimaknai sebagai peristiwa teologis, tapi juga fenomena budaya yang dimiliki oleh masyakat Indonesia.

Oleh sebab itu para pemimpin kita sendiripun mengharapkan, Islam hendaknya menjadikan momen hari Raya Idul Fitri ini untuk bersilaturahmi, saling memaafkan serta memperkuat tali persaudaraan. 

Hari raya Idul Fitri kali ini juga menjadi momen yang tepat untuk melakukan islah, setelah Pemilu beberapa waktu yang lalu sempat menimbulkan ketegangan politik antar masyarakat (tentunya yang berbeda pandangan politiknya). Sekarang saatnya merajut kebersamaan untuk kemajuan bangsa, terutama umat Islam khususnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun