Medi Juniansyah
Medi Juniansyah Penulis

Master of Islamic Religious Education - Writer - Educator - Organizer

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Artikel Utama

Menggali Pesan Spritual di Balik Tradisi Memburu Tanda Tangan Penceramah di Bulan Ramadan

15 Maret 2024   04:00 Diperbarui: 15 Maret 2024   11:36 2329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menggali Pesan Spritual di Balik Tradisi Memburu Tanda Tangan Penceramah di Bulan Ramadan
Sejumlah anak berburu tanda tangan usai salat tarawih di Masjid Nurul Falah, Kabupaten Takalar, Rabu (22/03/2023) | MAMAN SUKIRMAN via sindomakassar.com

Dengan berinteraksi langsung dengan para penceramah dan anggota komunitas lainnya, mereka belajar untuk beradaptasi dalam lingkungan sosial yang beragam dan mengembangkan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang-orang dari berbagai latar belakang.

Namun, dengan berkembangnya teknologi dan perubahan dalam pola interaksi sosial, tradisi memburu tanda tangan para penceramah mungkin mengalami tantangan dalam mempertahankan relevansinya.

Masyarakat modern cenderung lebih terhubung secara digital, sering kali menggantikan interaksi langsung dengan interaksi melalui media sosial dan platform online.

Hal ini dapat mengakibatkan pengurangan dalam kesempatan untuk berinteraksi secara langsung dengan para penceramah dan anggota komunitas keagamaan lainnya.

Dalam jangka panjang, hal ini dapat mempengaruhi perkembangan keterampilan sosial dan emosional anak-anak, serta mengurangi rasa keterlibatan mereka dalam kegiatan keagamaan secara langsung.

Oleh karena itu, perlu dicari solusi yang inovatif untuk menjaga relevansi tradisi ini di tengah perubahan budaya dan teknologi yang terus berkembang.

Relavansi Tradisi di Era Digital

Dalam era di mana teknologi terus berkembang dengan pesat, kita harus secara kritis mempertimbangkan nilai dan relevansi dari tradisi-tradisi yang telah ada sejak lama.

Tradisi memburu tanda tangan para penceramah mungkin tampak sederhana, tetapi ia mencerminkan nilai-nilai yang sangat penting dalam Islam dan budaya kita.

Namun, hal ini tidak berarti bahwa kita harus tetap mempertahankan tradisi tersebut tanpa memperhitungkan perubahan zaman. Sebaliknya, kita harus mencari cara untuk mengintegrasikan nilai-nilai tradisional dengan teknologi modern, sehingga kita dapat memanfaatkan kedua hal tersebut secara maksimal untuk kebaikan kita semua.

Dengan demikian, tradisi memburu tanda tangan para penceramah dapat tetap relevan di era digital, asalkan kita mampu menyesuaikan dan mengembangkannya sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan zaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun