Medi Juniansyah
Medi Juniansyah Penulis

Master of Islamic Religious Education - Writer - Educator - Organizer

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Artikel Utama

Memanfaatkan Ramadan untuk Self-Healing dan Ketenangan Batin

7 Maret 2025   08:54 Diperbarui: 11 Maret 2025   23:59 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memanfaatkan Ramadan untuk Self-Healing dan Ketenangan Batin
Ilustrasi: Ketenangan puasa. (KOMPAS/HERYUNANTO)

Bulan Ramadan bukan sekadar periode ibadah yang bersifat ritualistik, melainkan sebuah fase transformatif yang memungkinkan individu untuk merefleksikan perjalanan spiritual dan psikologisnya.

Dalam perspektif psikologi positif dan studi spiritualitas, Ramadan dapat dipandang sebagai momentum rekonstruksi diri, di mana individu diberikan kesempatan untuk menginternalisasi nilai-nilai keutamaan seperti kesabaran, ketulusan, dan keseimbangan emosional.

Dalam era modern yang sarat dengan tekanan sosial dan ekspektasi materialistik, Ramadan hadir sebagai ruang kontemplatif yang mendorong manusia untuk beralih dari keterikatan duniawi menuju kesadaran yang lebih mendalam. Proses ini menuntut pelepasan dari distraksi eksternal yang selama ini menjadi sumber ketegangan kognitif dan emosional.

Dengan berpuasa, seseorang tidak hanya menjalani disiplin fisik, tetapi juga mengalami reformasi pola pikir yang lebih berorientasi pada ketenangan dan kebermaknaan hidup.

Lebih dari itu, Ramadan juga menjadi medium pembentukan kebiasaan yang lebih sehat, baik secara mental maupun emosional. Dengan menjalani pola hidup yang lebih teratur, seperti bangun dini hari untuk sahur dan melaksanakan ibadah malam, individu mengalami restrukturisasi ritme kehidupan yang lebih selaras dengan prinsip-prinsip keseimbangan hidup.

Keberlanjutan dari kebiasaan ini setelah Ramadan menjadi tantangan yang memerlukan kesadaran dan usaha yang konsisten.

Puasa sebagai Mekanisme Regulasi Psikologis dan Spiritual

Dalam kajian psikologi kontemplatif dan neurobiologi religius, puasa berfungsi sebagai metode regulasi diri yang mencakup dimensi psikologis dan spiritual.

Puasa membatasi rangsangan eksternal yang berlebihan, memungkinkan otak untuk beroperasi dalam kondisi kognitif yang lebih fokus dan stabil.

Dalam konteks terapi spiritual, puasa dapat dikategorikan sebagai bentuk mindfulness yang meningkatkan kesadaran terhadap diri dan lingkungan.

Selain itu, proses puasa juga menginduksi mekanisme introspeksi yang membantu individu mengatasi residu emosional dari pengalaman traumatis atau tekanan hidup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Content Competition Selengkapnya

12 Mar 2025
SEDANG BERLANGSUNG

MYSTERY CHALLENGE

Mystery Challenge 2
blog competition  ramadan bercerita 2025  ramadan bercerita 2025 hari 10 
13 Mar 2025
Ramadan dan Kesehatan Mental
blog competition ramadan bercerita 2025 ramadan bercerita 2025 hari 11
14 Mar 2025
Diet Sampah Saat Ramadan
blog competition ramadan bercerita 2025 ramadan bercerita 2025 hari 12
Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

Cara Seru Nunggu Bedug di Ketemu Ramadan

Ketemu di Ramadan hadir kembali. Selain sebagai ajang buka puasa bersama Kompasianer, ada hal seru yang berbeda dari tahun sebelumnya. Penasaran? Tunggu informasi selengkapnya!

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun