Andai Ramainya Salat Subuh Seperti Salat Jumat
Penulis tadi subuh mencoba untuk salat berjamaah ke masjid. Sebenarnya memang lebih baik di rumah saja untuk menghindari fitnah dan menjaga wanita dan lebih melindunginya.
Penulis mengintip shaf barisan laki-lakinya melalui kain gorden pembatas. Hanya dua baris shaf saja. Bulan Ramadan di awal kemarin cukup lumayan, makin ke sini jumlah Jemaah semakin sedikit. Ternyata bukan hanya pada terawih yang berkurang, salat Subuh sudah kembali seperti biasanya. Urusan persiapan lebaran sepertinya sudah mulai mendominasi, pakaian baru, kue lebaran dan lain-lain, ramai itu di mall dan pusat perbelanjaan.
Tegaknya agama Allah dengan menjalankan syariat. Bagaimana kehidupan umat muslim di dunia ini? Apa umat Islam merendahkan nilai agama mereka sendiri? Bahkan mengikuti konsep umat lain?
Agamanya Islam, apakah iman tertancap di hati? Memang terkadang masih banyak yang lisan lain dengan perbuatan. Perkataan bisa saja menipu manusia tetapi tidak dengan Allah SWT. Allah tahu apa yang tersimpan, munafik dari yang mukmin maupun dusta dari yang jujur.
Ujian Allah yang ia berikan kepada manusia adalah berlaku terus menerus sejak manusia mendapat beban syariat sampai datangnya kematian.
Maka Salat subuh sebenarnya adalah ujian. Waktunya sempit mulai terbit fajar sampai terbit matahari. Jumlah rakaatnya cuma dua. Laki-laki berjamaah dan wanitanya salat tepat di awal waktu. Jika tidak demikian, kita sebenarnya gagal dalam ujian itu. Salat Subuh berfungsi membedakan antara orang munafik dan orang beriman, antara yang jujur dan dusta.
Rasullulah bersabda"Sesungguhnya dua salat ini (Subuh dan Isya) adalah salat yang berat bagi orang munafik. Sesungguhnya, apabila mereka mengetahui apa yang ada dalam salat Subuh dan Isya maka mereka akan mendatanginya, sekalipun dengan merangkak." (HR. Ahmad dan An-Nasa'i)
Bangun lebih awal dan melaksanakan salat Subuh bukan sesuatu yang mustahil. Manusia diberi ujian juga sesuai dengan kesanggupan. Allah tidak membebani seseorang di luar batas kemampuan. Orang luar negeri saja memang berniat bangun lebih awal untuk mengejar kehidupan dunia. Itu hasrat memenuhi hajat. Nah, mengapa muslim dengan kewajiban yang berlaku untuk dunia dan ahirat bisa bolos. Maka di budaya kita justru muncul ungkapan rezeki sudah di patok ayam duluan. Sangking malasnya bangun Subuh untuk ibadah dan mengais rezeki. Udara segar itu pun adanya saat subuh. Ada pula bangun lebih awal mengejar dunia semata saja.
Salat subuh memiliki keistimewaan salah satunya adalah salat sunat sebelumnya yaitu salat fajar. Dinyatakan dalam hadist HR Muslim "Dua rakaat fajar(salat sunnah sebelum subuh) lebih baik dari dunia dan seisinya."
Jika dipikir itu yang sunnah fajarnya saja begitu utamanya, apalagi yang wajibnya salat Subuh, kan?