Apa Sih Keimanan Ramadhan yang Sesuai Konteks Itu?
Ramadhan merupakan bulan istimewa bagi kaum muslimin. Bulan kesembilan penanggalan Islam ini setidaknya ada punya tiga makna penting.
Pada sejarah kita mengetahui bahwa pada bulan ini Nabi Muhammad untuk pertama kalinya melawan kemusyikan. Pada masa ini Nabi berperang dengan prajurit dengan jumlah yang sangat minim dibanding lawan. Kemenangan Nabi ini sepenuhnya karena pertolongan dan berkenan Allah, padahal tidak saja jumlahnya yang minim tapi pada saat itu para prajurit muslimin melakukan puasa untuk pertama kalinya.
Ramadhan juga disebut bulan ijtihad karena pada bulan ini Nabi menerima wahyu berupa perintah untuk membaca iqra bismi rabbika lladzi khalaq. Dan terakhir adalah pada bulan ini juga disebut bulan mujahadah karena pada bulan ini bagi umat Islam untuk meningkarkan spiritualnya. Karena pada bulan ini Allah meluaskan rezki dan barokah bagi umat muslim yang melaksanakan sedekah, puasa dan sebagainya.
Tapi terutama dari kesemuanya itu, pada bulan ini Allah tidak akan menanyakan berapa ratus rakaat yang telah dilaksanakan, juga seberapa banyak mereka memberi sedekah; ratusan ribu, jutaan dan milyaran yang sudah mereka sumbangkan ke panti asuhan atau yang membutuhkan dan bagi beberapa golongan yang mampu yang sudah mampu, Allah juga tak peduli seberapa banyak masjid yang sudah dibangun dan rumah bagi kaum miskin yang sudah mereka bangun.
Yang ditanyakan oleh Allah adalah soal kekhusyukan hati dalam beribadah, seperti ditulis "
'Wahai orang beriman, kapan kamu memiliki hati yang khusyuk, hati yang bisa menjadi tempat bersemayamnya kebenaran?'
Sehingga dari uraian ini kita bisa menyimpulkan bahwa yang terutama adalah Allah mengutamakan keimanan kita kepadaNya. Bagaimana hati 300 prajurit muslim pada zaman Nabi menyerahkan jiwa dan raga mereka ke dalam kuasa Allah. Mereka berperang dengan kekuatan dari Allah sehingga dapat mengalahkan pasukan yang berjumlah lebih dari 3 kali pasukan mereka. Jika tidak karena kuasa Allah maka hal itu tidak akan terjadi. Karena bagaimanapun keimanan itu sangat penting.
Namun keimanan itu harus sesuai konteks artinya jangan disalahartikan dengan teks. Perang tidak berarti perang dalam arti sesungguhnya dengan membunuh kaum kafir, seperti yang kita lihat saat Lukman dan istrinya (Makassar) dan keluarga Dita (di Surabaya) dimana mereka mengebom gereja saat umat mereka beribadah. Mereka mengartikan perang dan jihad dengan salah.
Perang sesuai konteks saat ini adalah berperang dengan nafsu kita sendiri dan menang dengan mengedepankan kehendak Allah dalam Islam yaitu manusia saling peduli dan dunia yang damai.