Berpengalaman di dunia perbankan sejak tahun 1990. Mendalami change management dan cultural transformation. Menjadi konsultan di beberapa perusahaan. Siap membantu dan mendampingi penyusunan Rancang Bangun Master Program Transformasi Corporate Culture dan mendampingi pelaksanaan internalisasi shared values dan implementasi culture.
Kita Adalah Apa yang Diletakkan di Depan Qalbu
Pada bukunya 'Ibdt Al-Mu'min, Dr. Amru Muhammad Khalid bercerita bahwa pada suatu bulan Ramadhan, beliau menunaikan shalat Tahajud di samping seorang pemuda. Ketika imam mengucapkan Allhu Akbar (dalam Takbiratul Ihram), beliau mendengar suara isak tangis pemuda tersebut. Beliau sangat heran. Bagaimana bisa imam masih belum membaca apa-apa, sedangkan pemuda ini sudah menangis.
Selepas shalat, beliau bertanya kepada pemuda tersebut, "Wahai saudaraku, jangan marah. Katakan kepadaku, mengapa engkau menangis padahal imam belum membaca satu huruf pun dari Al-Quran?"
Dia menjawab, "Ketika lisanku mengucapkan Allhu Akbar, aku takut menjadi pendusta (di hadapan Allah). Aku mengucapkan kalimat ini dengan lisan, sedangkan qalbuku tidak sejalan (tidak membenarkannya)."
Peristiwa ini mengingatkan kita pada apa yang dikatakan Al-Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dalam salah satu tulisannya. Beliau berkata:
"Bisa jadi, dua orang berada di barisan depan (shaf shalat), di belakang imam yang sama dan mendengar lantunan ayat-ayat Al-Quran yang sama. Namun, shalat di antara keduanya bagaikan langit dan bumi."
Lantas, apa yang membuat shalat mereka demikian berbeda? Tidak lain dan tidak bukan: gambar yang diletakkan di depan qalbu atau dalam hatinya.
Ya, qalbu manusia itu ibarat cermin. Yang bisa kita lihat hanyalah sesuatu yang diletakkan di depannya. Maka, segala sesuatu yang diletakkan di depan qalbu seorang manusia, itulah yang akan mendominasi tindakannya.
Apabila yang diletakkan di depan qalbu adalah harta, hartalah yang akan mendominasi dirinya. Dia pun akan tamak dan sangat mencintai harta.
Apabila yang diletakkan di hadapan qalbu adalah lawan jenis yang tidak halal, itu pula yang akan mendominasi sikap dan tindakannya. Dia pun akan terjatuh pada yang haram.