Merza Gamal
Merza Gamal Konsultan

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

TRADISI Pilihan

Lagu Kenangan pada Kampung Halaman di Pekanbaru

25 April 2023   06:00 Diperbarui: 25 April 2023   06:09 1844
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lagu Kenangan pada Kampung Halaman di Pekanbaru
Image: Pekanbaru Tempo Dulu (Private Repro)

Kenangan Manis Kampung Halaman Pekanbaru dalam Lagu "Kampuang Nan Jauh Dimato" dan "Lancang Kuning"

Kampung halaman adalah bagian penting dari identitas seseorang. Di dalam ingatan kita, kampung halaman selalu membawa kenangan manis tentang tempat di mana kita dibesarkan, bertumbuh, dan menghabiskan masa kecil kita. Bagi masyarakat yang dibesarkan di Pekanbaru, ibu kota provinsi Riau, Indonesia, lagu-lagu "Kampuang Nan Jauh Dimato" dan "Lancang Kuning" merupakan lagu yang begitu erat kaitannya dengan rasa rindu akan kampung halaman.

Lagu "Kampuang Nan Jauh Dimato" dan "Lancang Kuning" adalah dua lagu daerah yang akrab di telinga orang Pekanbaru. Kedua lagu ini menjadi sangat populer di kalangan masyarakat Pekanbaru dan banyak dihafal oleh generasi tua maupun yang muda.

Lagu "Kampuang Nan Jauh Dimato" dipopulerkan oleh penyanyi terkenal keturunan Pariaman yang dibesarkan di Pekanbaru-Riau, yaitu Elly Kasim. Sementara, lagu "Lancang Kuning" adalah sebuah lagu tradisional yang tidak diketahui siapa pencipta yang jelas karena sudah menjadi warisan budaya dan turun temurun dari generasi ke generasi di masyarakat Riau. Sebagai lagu tradisional, "Lancang Kuning" telah menjadi bagian integral dari budaya daerah Riau dan sering dinyanyikan oleh masyarakat setempat dalam berbagai acara kebudayaan.

"Kampuang Nan Jauh Dimato" adalah lagu yang bercerita tentang rasa rindu dan kerinduan seseorang terhadap kampung halaman yang jauh di mata, namun dekat di hati. Dalam lagu ini, penyanyi menggambarkan keindahan dan keunikan kampung halaman yang ditinggalkan serta betapa besar hasrat untuk kembali ke sana. Lirik lagu ini menggambarkan kehangatan kampung halaman yang selalu dirindukan, serta kenangan indah yang terpatri dalam hati. Lagu "Kampuang Nan Jauh Dimato" menjadi simbol perasaan kangen dan kerinduan penduduk Pekanbaru terhadap kampung halaman yang telah ditinggalkan.

Kedua lagu ini juga memiliki melodi yang sangat khas dan mengena di telinga pendengar. Melodi yang riang dan menggugah emosi, serta lirik yang penuh makna, membuat lagu "Kampuang Nan Jauh Dimato" dan "Lancang Kuning" menjadi sangat melekat di hati orang Pekanbaru. Lagu-lagu ini sering kali menjadi pengiring dalam acara-acara adat, perayaan, dan kegiatan masyarakat di Pekanbaru, baik di tingkat lokal maupun nasional. Melalui lagu-lagu ini, orang Pekanbaru merasa terhubung dengan akar budaya mereka dan merasa diberdayakan dalam menjaga dan melestarikan warisan budaya tradisional.

Image: Tepian Sungai Siak yang merupakan bagian Heritage Kota Lama Pekanbaru (Dokpri)
Image: Tepian Sungai Siak yang merupakan bagian Heritage Kota Lama Pekanbaru (Dokpri)

Tak hanya itu, lagu "Kampuang Nan Jauh Dimato" dan "Lancang Kuning" juga menjadi sarana untuk mengenang kenangan manis kampung halaman bagi orang Pekanbaru yang telah berpindah ke tempat lain, baik itu dalam rangka studi, kerja, atau merantau. Lagu-lagu ini menghadirkan nostalgia dan melibatkan perasaan yang dalam, membangkitkan kenangan akan tempat kelahiran dan masa-masa indah di kampung halaman yang telah ditinggalkan.

Kedua lagu tersebut telah menjadi bagian dari identitas budaya orang Pekanbaru-Riau yang kaya dan menjadi jendela untuk memahami keberagaman budaya Indonesia. Dengan lirik yang bernuansa lokal dan melodi yang enak didengar, lagu-lagu ini berhasil menarik minat pendengar dari berbagai kalangan.  

Dalam era modern ini, di mana mobilitas masyarakat semakin tinggi dan perubahan sosial budaya semakin pesat, lagu "Kampuang Nan Jauh Dimato" dan "Lancang Kuning" tetap menjadi simbol kecintaan dan kerinduan terhadap kampung halaman bagi penduduk Pekanbaru. Lagu-lagu ini mengingatkan mereka akan akar budaya dan identitas mereka yang tetap relevan dan bernilai hingga saat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun