Merza Gamal
Merza Gamal Konsultan

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Menyiapkan Bingkisan Lebaran: Antara Parcel, Penghargaan, dan Kehangatan Tradisi

2 April 2024   07:40 Diperbarui: 2 April 2024   07:40 1239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menyiapkan Bingkisan Lebaran: Antara Parcel, Penghargaan, dan Kehangatan Tradisi
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Di masa kecil saya pada era 70-an, saya mengingat betul bagaimana tradisi saling berbagi hantaran menjelang perayaan Idul Fitri telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari di lingkungan saya.

Di Pecinaan, Pekanbaru, tempat tinggal saya di masa kecil, tetangga-tetangga dari beragam latar belakang kepercayaan, baik Islam, Buddha, maupun Konghucu, saling bertukar hantaran dengan penuh kebersamaan dan kekeluargaan. Ibunda saya akan menyiapkan hantaran dari dapur sendiri, sementara tetangga-tetangga kami mengirimkan minuman dan makanan kaleng, terutama yang non-Muslim.

Begitu pula ketika perayaan Sincia tiba, kami saling berbagi kue bulan dan sup hisit tanpa mengharapkan balasan apa pun, hanya didorong oleh rasa kebersamaan dan persaudaraan yang tulus.

Ketika saya dewasa dan memulai karier di sebuah perbankan nasional pada tahun 1990, dunia parcel menjadi bagian tak terpisahkan dari pengalaman hidup saya. Setelah berhasil melewati jalur management trainee dan menjalani pendidikan selama setahun, saya dipercaya sebagai Account Officer di sebuah Unit Bisnis Bank berskala nasional.

Posisi ini membawa saya dalam kontak erat dengan pemberian kredit kepada nasabah, sehingga tidak mengherankan jika saya mulai menerima parcel sebagai ungkapan terima kasih atas layanan yang saya berikan.

Seiring berjalannya waktu, jabatan saya terus meningkat hingga akhirnya mencapai posisi Senior Account Manager. Semakin tinggi posisi saya, semakin melimpah pula parcel yang saya terima, terutama menjelang hari raya.

Suatu ketika, tanggung jawab saya berkembang menjadi pembiayaan untuk vendor-vendor pengadaan di Lembaga ABRI (sekarang TNI dan Polri). Pusat-Pusat Koperasi keempat Angkatan menjadi mitra utama dalam pengadaan tersebut, sehingga parcel yang saya terima diantar oleh petugas-petugas dari Koperasi Angkatan tersebut, lengkap dengan seragam dinas ketentaraan mereka.

Kejadian ini menjadi sorotan di lingkungan tetangga saya, yang terkagum-kagum dengan situasi yang tidak lazim. Mereka berkomentar, "biasanya kita yang memberi parcel kepada mereka, tapi kebalikannya pada Pak Merza, malahan mereka yang menghantarkan parcel."

Pada tahun 1999, saya memutuskan untuk mengundurkan diri dengan niat melanjutkan pendidikan ke luar negeri. Namun, krisis moneter yang melanda memaksa saya untuk membatalkan rencana tersebut. Sehingga, saya resmi tidak aktif di pertengahan bulan Ramadan menjelang Idul Fitri.

Dampaknya pun terasa, sebagian nasabah yang biasanya mengirimkan parcel kepada saya setiap tahunnya tiba-tiba berhenti melakukannya. Bagi yang tetap mengirimkan parcel, mungkin mereka terlambat mendapat informasi bahwa saya sudah tidak menjabat lagi pada Idul Fitri tahun itu.

Setahun kemudian, saya kembali bekerja di bank, kali ini sebagai Manager Operasional & Manajemen Risiko. Kembali saya mulai menerima parcel dari para vendor yang ingin bekerjasama atau pun yang telah bekerjasama dengan bank. Parcel tersebut menjadi sebuah tradisi di lingkungan bisnis kami, sebagai ungkapan terima kasih atau sebagai ajakan untuk menjalin kerjasama lebih lanjut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun