Merza Gamal
Merza Gamal Konsultan

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Antara Sunnah Keutamaan dan Mitos Larangan Menikah di Bulan Syawal

23 April 2024   12:49 Diperbarui: 23 April 2024   17:27 898
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Antara Sunnah Keutamaan dan Mitos Larangan Menikah di Bulan Syawal
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Menikah di bulan Syawal sering kali menjadi topik yang menarik perdebatan antara aspek sunah dan kecenderungan takhayul dalam masyarakat.

Sebagian percaya bahwa menikah di bulan ini memiliki keutamaan tersendiri, sementara yang lain menganggapnya sebagai tindakan yang kurang beruntung. Dalam ajaran Islam, menikah merupakan ibadah yang dianjurkan dan diberkahi oleh Allah SWT. Tidak ada larangan khusus untuk menikah di bulan tertentu, termasuk bulan Syawal.

Namun, terdapat hadis yang menunjukkan bahwa Rasulullah SAW menikahi 'Aisyah di bulan Syawal, yang kemudian dijadikan dasar oleh sebagian ulama untuk menganggap menikah di bulan ini memiliki keutamaan.

Mengenai keutamaan menikah di bulan Syawal, memang terdapat beberapa hadis yang menunjukkan hal tersebut. Salah satunya adalah hadis yang diriwayatkan oleh 'Aisyah radiallahu 'anha, istri Rasulullah SAW.

Beliau menceritakan, "Rasulullah SAW menikahiku di bulan Syawal, dan membangun rumah tangga denganku pada bulan Syawal pula. Maka isteri-isteri Rasulullah SAW yang manakah yang lebih beruntung di sisinya dariku?" Rasulullah SAW menjawab, "Dan Aisyah dahulu suka menikahkan para wanita di bulan Syawal" (HR. Muslim).

Dari hadis ini, kita dapat memahami bahwa menikah di bulan Syawal memiliki keutamaan yang disebutkan oleh Rasulullah SAW. Namun, penting untuk diingat bahwa keutamaan ini tidak menjadikan menikah di bulan Syawal sebagai kewajiban atau keharusan. Keputusan untuk menikah haruslah didasarkan pada niat yang tulus, persiapan yang matang, dan pertimbangan yang bijak.

Sedangkan mengenai alasan menghindari pernikahan di dua hari raya (Idul Fitri dan Idul Adha), hal tersebut memang bisa menjadi pertimbangan bagi sebagian orang. Namun, yang perlu dipahami adalah bahwa menikah di bulan Syawal tidaklah sama dengan menikah di hari raya.

Pernikahan Rasulullah SAW dengan 'Aisyah di bulan Syawal juga merupakan upaya untuk membantah keyakinan yang salah dan menepis anggapan negatif yang berkembang di masyarakat pada saat itu. Keyakinan bahwa menikah di bulan Syawal membawa kesialan adalah salah dan tidak memiliki dasar yang kuat dalam ajaran Islam.

Hal ini menunjukkan pentingnya untuk tidak terjebak dalam praktik takhayul dan keyakinan yang tidak didasarkan pada ajaran agama yang benar. Menikah di bulan Syawal atau bulan lainnya seharusnya didasarkan pada niat yang tulus, persiapan yang matang, dan berdasarkan pertimbangan yang bijak.

Menikah di bulan Syawal juga memiliki keuntungan tersendiri karena kesempatan untuk berkumpul dengan keluarga dan sanak saudara lebih besar. Pernikahan bukan hanya menjadi momen istimewa bagi pasangan yang menikah, tetapi juga kesempatan bagi keluarga dan kerabat untuk bersatu dan bersukacita bersama.

Dengan demikian, bagi Anda yang masih belum menikah, bulan Syawal adalah waktu yang tepat untuk berusaha mengakhiri masa lajang dan memulai babak baru dalam hidup bersama pasangan. Dengan niat yang tulus dan tekad yang kuat, Insya Allah Allah SWT akan membuka jalan bagi mereka yang berusaha untuk menikah dan mengarungi bahtera rumah tangga.

Sebagaimana penjelasan Imam An-Nawawi rahimahullah terhadap hadis menikah di bulan Syawal yang memiliki keutamaan, sangatlah relevan dan menggambarkan pentingnya untuk tidak terjerumus dalam praktik takhayul dan keyakinan yang tidak didasarkan pada ajaran agama yang benar.

Menikah, menikahkan, dan membangun rumah tangga di bulan Syawal seharusnya tidak dipandang sebagai hal yang membawa kesialan atau terlarang, karena hal tersebut tidak memiliki dasar yang kuat dalam ajaran Islam. Keyakinan yang bertentangan dengan ajaran Islam, seperti anggapan bahwa menikah di bulan Syawal membawa kesialan, seharusnya ditolak dan diperangi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun