Rahmah Chemist
Rahmah Chemist Administrasi

Simple, challenge, suka nulis and fun. Temui saya di dunia maya... Blog: http://chemistrahmah.com

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Resep Lebaran Warisan Keluarga Dua Budaya

7 April 2024   17:30 Diperbarui: 7 April 2024   17:43 572
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Resep Lebaran Warisan Keluarga Dua Budaya
Made by Canva

Hmm, bingung nih kalau ditanya resep keluarga. Soalnya resepnya memang dijaga untuk keluarga saja. Setiap anak-anak nenek akan mengikuti resep tersebut untuk diadopsi ke keluarga kecil masing-masing. Namun, terkadang saat Lebaran, semua anak-anak nenek pasti berkumpul di rumah nenek. 

Semua makanan dan masakan dibuat jadi satu di rumah itu. H-2 Lebaran semua anak dan cucu nenek berdatangan untuk membantu. Saya masih ingat mamaku yang paling pertama diminta ke pasar beli ayam dan daging karena mama anak perempuan paling tua dan paling tahu tawar-menawar. 

Kalau bapak, pasti kebagian mengikat buras. Soalnya ini satu-satunya keahlian bapak yang sangat dibutuhkan nenek. Alhamdulillah bapak pun belajar sejak jadi menantu katanya. Pelan-pelan berhasil dan jadi orang paling dicari kalau sudah waktunya buras akan diikat. 

Kalau ketupat, itu bagiannya nenek dan tante yang mengisi dan memasukkannya ke panci. Lalu Om yang akan bertugas untuk memastikan kayu bakarnya dalam kondisi cukup sampai semua matang. Ya, rahasia buras dan ketupat enak dikonsumsi saat Lebaran adalah proses memasaknya yang menggunakan kayu bakar. 

Resep Lebaran Warisan Keluarga dari Pihak Saya

Kalau sekarang sudah banyak teknologi mempercepat semua proses memasak tetapi lihat saja, rasanya tidak akan se-otentik ketika dimasak dengan cara tradisional. Dan itu jadi momen paling yang dirindukan semua keluarga besar.

Selain itu, ada menu yang selalu ada di meja makan dan akan aneh Lebaran tanpanya. Apakah itu? Masakan itu adalah Coto. Sebenarnya mau bilang Coto Makassar tetapi sekarang sudah banyak yang menamakan sesuai daerah seperti Coto Maros, Coto Bantaeng, dan masih banyak lagi. 

Namun, apa pun namanya di rumah kami yang namanya Coto sudah memiliki ciri khas rasa sendiri. Kalau diincip pasti sudah tahu kalau itu buatan nenek atau resep dari nenek. Makan Coto memang selalu memberikan kesan tersendiri bahkan ada yang hanya menyantapnya dengan ketupat, tidak dengan buras. 

Namun, ada juga yang buras atau ketupat sama saja yang penting kuah Coto yang khas itu benar-benar yang asli membuat lidah berselera. Bahkan kalau lihat pemandangan meja makan ketika Lebaran, maka para om saya akan makan dengan bersemangat dan berlomba banyak-banyakan keringat saking nikmatnya, haha. Belum lagi sambalnya yang pedas bikin lidah tak mau berhenti bergoyang. Ah, kangen rasanya...

Apakah di rumah saya memasaknya juga? Hmm, sayangnya lidah anak-anak saya tidak terlalu suka karena mungkin sebagian darah mereka mengalir darah Jawa, ayahnya orang Jawa asli soalnya, hehe. 

Namun, suami suka sekali dengan Coto karena kuahnya yang penuh dengan rasa rempah-rempah dan pastinya baru pertama kali dirasakannya sejak menikah dengan saya, haha. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun