Muzamil Misbah
Muzamil Misbah Freelancer

Suka menulis tentang ekonomi dan puisi, financial literacy enthusiast

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Artikel Utama

War Takjil, Ketika Nonis Ikut Merasakan Keistimewaan Ramadan

6 Maret 2025   12:00 Diperbarui: 21 Maret 2025   04:47 919
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
War Takjil, Ketika Nonis Ikut Merasakan Keistimewaan Ramadan
ilustrasi war jakjil (sumber:freepik/freepik)

Mulai dari kolak, es buah, gorengan, hingga makanan tradisional lainnya, ragam kuliner ini menjadi daya tarik tersendiri bagi semua orang, terlepas dari latar belakang agama mereka. 

Bahkan, beberapa netizen nonis membagikan strategi mereka dalam 'war takjil', seperti membeli takjil lebih awal sekitar pukul tiga sore atau menggunakan atribut khas Muslim saat membeli takjil untuk merasakan suasana Ramadan lebih mendalam.

Media sosial telah memainkan peran besar dalam menyebarluaskan fenomena ini. 

Video dan unggahan tentang War Takjil tidak hanya menjadi hiburan bagi warganet, tetapi juga menumbuhkan rasa penasaran di kalangan masyarakat yang belum pernah merasakan euforia berburu takjil. 

Hal ini membuat semakin banyak orang yang ingin terlibat dalam pengalaman tersebut, menciptakan efek domino yang memperluas cakupan War Takjil di berbagai daerah di Indonesia.

War Takjil sebagai Simbol Kebersamaan

Fenomena War Takjil bukan hanya sekadar tren musiman, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai kebersamaan dan toleransi yang sudah lama menjadi bagian dari budaya Indonesia. 

Bulan Ramadan yang identik dengan ibadah bagi umat Muslim ternyata juga memberikan dampak positif bagi masyarakat luas. 

Ramadan tidak hanya membawa keberkahan bagi mereka yang menjalankan ibadah puasa, tetapi juga menciptakan kesempatan bagi seluruh masyarakat untuk lebih mengenal satu sama lain.

Partisipasi masyarakat nonis dalam berburu takjil menjadi bukti nyata bahwa kehidupan sosial di Indonesia dipenuhi dengan semangat saling menghormati dan berbagi. 

Mereka yang tidak menjalankan puasa tetap menunjukkan rasa empati dengan ikut meramaikan momen berbuka. 

Interaksi yang terjadi antara pedagang, pembeli, dan sesama pengunjung pasar takjil menciptakan suasana yang harmonis dan penuh kehangatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Content Competition Selengkapnya

31 Mar 2025
SEDANG BERLANGSUNG

Lebaran Minimalis

blog competition  ramadan bercerita 2025  ramadan bercerita 2025 hari 29 
01 Apr 2025

Suasana Hati Usai Minta Maaf dan Memaafkan

blog competition ramadan bercerita 2025 ramadan bercerita 2025 hari 30
Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

Nunggu Bedug Makin Seru di Bukber Kompasianer

Selain buka puasa bersama, Kompasiana dan teman Tenteram ingin mengajak Kompasianer untuk saling berbagi perasaan dan sama-sama merefleksikan kembali makna hari raya.

Info selengkapnya: KetemudiRamadan2025

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun