Mendirikan Kantor Berita Swaranusa (2008) dan menerbitkan Tabloid PAUD (2015). Menulis Novel "Kliwon, Perjalanan Seorang Saya", "Air Mata Terakhir", dan "Prahara Cinta di Pesantren."
Kliwon, Episode yang Diinginkan Selama Puasa
"Hadeh...," suara Kliwon bergetar, entah menahan marah, entah menahan gelisah. Beberapa kali ia memijat sisi kan dan kiri wajahnya, tepat di lurus sudut matanya. Matanya mengerjap-kerjap, dan beberapa kali membenarkan kaca matanya yang selalu turun ke ujung hidungnay.
Tetapi, akhirnya, ia tak memberikan komentar berlebihan terhadap jawaban Si Pon. Ia menyadari anak mbarepnya, seorang remaja, tak pacaran bagi mereka merupakan jihad yang luar biasa. Kliwon tak ingin memaksakan kehendak pikirannya bagi anaknya yang masih remaja.
"Baik, itu sangat baik."
Si Pon sumringah, jawabannya dianggap baik oleh romonya yang selalu merasa paling kuasa dalam berbagai permasalahan kehidupan, dari mulai judi buntut sampai main game di gawainya yang jadul. Game yang masih berbentuk titik-titik yang saling bersambung sehingga membentuk sosok orang, sosok binatang dan sosok tumbuhan.
"Kalau kamu, Nak?"
Si Wage, memngerjap. Ia tahu persis pertanyaan itu memang ditujukan kepadanya, sebab Si Pon, kakaknya sudah menjawab pertanyaan dan dianggap baik oleh romonya. Meletakkan tangannya di atas lutut dalam posisi duduk bersila, ia menjawab, "saya ingin yang sederhana saja, Romo. Ingin khatam quran satu kali, salat jamaah selama sebulan penuh, dan salat tarawih tanpa putus."
Kliwon menangis.***