Mukhotib MD
Mukhotib MD Penulis

Mendirikan Kantor Berita Swaranusa (2008) dan menerbitkan Tabloid PAUD (2015). Menulis Novel "Kliwon, Perjalanan Seorang Saya", "Air Mata Terakhir", dan "Prahara Cinta di Pesantren."

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Kliwon, Episode Merawat Cinta

23 Mei 2018   18:42 Diperbarui: 23 Mei 2018   18:46 861
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kliwon, Episode Merawat Cinta
(Sumber Foto: hellosehat.com)

Menikah hampir 20 tahun lamanya, Kliwon kini tak pernah ingat apakah masih pernah mengatakan cinta kepada Legi. Ia tahu, cinta tak cukup disimpan dalam hati, adakalanya, cinta perlu untuk diungkapkan kembali meski kisah kasih itu sudah terajut dalam perkawinan dan membalut setiap pintu jendela rumah tangga.

Kepenatan kerja, dengan tak jelas waktunya, sebagai pemanjat pohon kelapa, membuat Kliwon hampir tak lagi memiliki ruang dan waktu untuk bersama Legi dalam situasi yang memungkinkan untuk mengungkapkan rasa dan cinta kasihnya. Bayangkan, ketika Kliwon pulang, perutnya sudah menyanyi dan ingin segera dipenuhi hak-haknya.

Sementara ia makan malam, Legi sibuk menyiapkan makanan dan minum untuknya, dan juga anak-anak. Setelah seselsai makan, Legi sibuk memberesi perkakas makan itui, dan Kliwon langsung menuju ke tempat tak tidur.

Tak ada media sosial yang harus diupdate, tak grup pesan instans yang haru dijawab, tak ada telvisi yang harus ditonton. Malam menjadi teman paling akrab ketika tubuh sudah terisi dan butuh diluruskan, setelah memanjat 15-20 batang kelapa setiap harinya.

Tetapi di bulan puasa ini, wajah Kliwon tampak berseri-seri dan Legi juga tampak begitu rajin mandi. Aroma sabun wangi menebar, dan membuat Si Pon dan Wage sedikit pangling dengan simbok dan bapaknya. Bahkan sekali tempo, mereka enggan menjawab, ketika Kliwon bertanya, "mau punya adik perempuan?"

Apa pasalnya, kisah kasih 20 tahun itu tiba-tiba seperti meremaja? Bulan puasa tentu yang memberikan berkahnya. Sejak bulan suci ramadan, keluarga Kliwon memang menjadi selalu bersama berbuka dan sahur setiap harinya. Kebersamaan itu menciptakan ruang dan waktu yang cukup bagi Kliwon untuk mengungkap kisah kasihnya, mengeskpresikan rasa sayangnya.

"Kamu ingat di mana kamu menerina cintaku?" Tanya Kliwon sambil tiduran setelah makan sahur. SI Pon dan Wage sudah menuju ke Musola untuk salat Subuh dan mengikuti kuliah Subuh. Sebab, sekolahnya mewajibkan meminta tanda tangan para penceramah kuliah Subuh.

"Ah, ada apa sih, Kang? Tumben."

"Kangen saja."

'Kan kita bersama, masa kangen."

"Legi, kamu selalu bikin gemes dari dulu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun