Mendirikan Kantor Berita Swaranusa (2008) dan menerbitkan Tabloid PAUD (2015). Menulis Novel "Kliwon, Perjalanan Seorang Saya", "Air Mata Terakhir", dan "Prahara Cinta di Pesantren."
Kliwon, Episode Angkringan Mas Dzul
"Apa saja yang menurutmu paling menarik, Kang," ujar Dzul.
"Di Pontianak itu paling menarik Kopi Pangku."
"Oh, betul, kau kan pecandu kopi," ucap Kliwon. Sapar tertabah-bahak mendengar kata-kata sahabatnya, yang memang tak pernah pergi ke mana-mana. Kliwon memang sekali pun pernah merantau. Ada rasa tak enak dan menyesal, kenapa ia mengatakan soal Kopi Pangku.
"Ada yang salah?"
"Nggak Kang Kliwon. Soalnya yang dimaksudkan Kopi Pangku sama Kang Sapar itu, tempat pekerja seks, Kang."
"Astaghfirulloh, kau sering ke sana?" Kliwon mengelus dada dan memandang tajam ke arah Sapar. Lalu tangannya mengelus pundak sahabtanya itu, dan berkata dengan suara bergetar, "Kamu harus bertobat, kalau Gusti memberi kesempatan ke Pontianak, jangan lagi-lagi ke sana."
Dzul dan Sapar tertawa kembali. Perut Dzul yang sedikit buncit tampak terguncang-guncang. Sendok di tangan kanannya jatuh dan meluncur ke bawah gerobak angkringannya. Sapar malah sampai beruraian air mata, dan memegang tulang rahangnya yang kanan dan kiri,
"Sapar memang hampir setiap hari ke Kopi Pangku," kata Dzul, yang juga penah bersama-sama tinggal di Pontianak.
"Astaghfirulloh, kamu harus bertobat. Ini mumpung bulan puasa, Par."
"Kang Kliwon, saya ke sana bukan untuk belanja seks, tetapi berdagang menjajakan sayuran dan buah-buahan. Lagian kalau mereka berjualan seks juga nggak apa-apa, karena mereka menganggap itu profesi."
"Astaghfirulloh, kok bisa begitu ya?"