Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.
Ramadhan Benteng Kejujuran
Suatu pagi, beberapa hari sebelum Ramadhan seperti biasa saya berangkat ke sekolah untuk menjalani rutinitas mengajar. Tiba di sekolah pintu gerbang sudah terbuka. Anak-anak sudah ramai.
Beberapa siswa tampak sedang menikmati sarapan pagi yang dibeli dari warung di samping sekolah. Beberapa orang di antara mereka baru memasuki gerbang sekolah bersamaan dengan kedatangan saya.
Sebagian anak-anak tampak memungut sampah dan memasukkannya ke dalam penampungan yang tersedia. Sebagian lagi menggunakan sapu lidi untuk mengumpulkan. Setelah terkumpul mereka memasukkan sampah itu ke dalam bak sampah dengan menggunakan pengki.
Sebagian anak-anak konsisten dengan perilaku menjaga kebersihan sekolah. Sebagian lagi acuh tak acuh. Di antara mereka ada pula yang masih memelihara kebiasaan membuang sampah di sembarang tempat. Namun, kelompok terakhir ini biasanya dengan cepat menyadari kekeliruannya setelah diberikan peringatan.
Setelah memarkir kendaraan di tempat parkir saya berjalan menuju ruang kantor untuk meletakkan tas lalu bergabung dengan anak-anak yang tengah membersihkan halaman sekolah.
"Ada uang Pak," kata salah seorang anak dari belakang saya sembari menyodorkan selembar uang 20 ribuan, saat saya sedang ikut memunguti sampah bersama siswa,
"Uang? Uang siapa?"
"Ya. Ada yang jatuh uangnya."
"Siapa?"
"Tidak tahu," jawab anak itu singkat.