Yamin Mohamad
Yamin Mohamad Guru

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Artikel Utama

Sambut Ramadan dengan 1001 Tebolak Beak dan Makan Gratis

8 Maret 2024   23:25 Diperbarui: 9 Maret 2024   12:40 2084
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sambut Ramadan dengan 1001 Tebolak Beak dan Makan Gratis
Ritual menyambut Ramadan dengan 1001 tebolak beak (tribunlombok.com/AHMAD WAWAN SUGANDIKA)

SS Youtube Samalas Media
SS Youtube Samalas Media

Di Lombok, masyarakat Sasak memiliki cara tersendiri untuk menyambut Ramadan. Di tempat saya, tradisi menyambut ramadan dilakukan dengan cara sederhana.

Namanya roah topat. Roah (ruwah) berarti selamatan, syukuran (pesta), dan topat artinya ketupat. Roah topat, dengan demikian, berarti selamatan dengan menyajikan ketupat. 

Mengapa topat atau ketupat? Saya belum mendapatkan penjelasan historis mengapa memilih ketupat. Namun, satu hal yang pasti bahwa topat merupakan salah satu kearifan lokal di berbagai daerah di Nusantara. Topat makanan sederhana yang bisa jadi mewakili masyarakat Nusantara.

Roah topat biasanya dilakukan dengan doa bersama di masjid atau langgar. Semua warga, laki-laki dan perempuan, anak-anak dan orang tua, datang secara bersama-sama untuk berkumpul. Para perempuan tidak lupa membawa topat dengan berbagai jenis makanan.

Ritual roah topat didahului dengan doa dan zikir yang dipimpin oleh tokoh agama, kadang diisi dengan ceramah atau pengajian, bersalam-salaman dan bermaaf-maafan. Bagian akhir roah topat dilakukan dengan begibung atau makan bersama. Roah topat dilakukan satu dua hari menjelang Ramadan. 

Di tempat lain di Lombok Tengah dan beberapa desa di Lombok Timur dan beberapa tempat lainnya, tradisi menyambut Ramadan dikenal dengan roah kebian. Kebian memiliki makna yang mengacu pada waktu sore karena umumnya dilaksanakan pada waktu sore.

Kembali ke roah tebolak beak yang dilakukan masyarakat Sakra Timur di atas. Ritual ini pada dasarnya sama dengan roah kebian atau roah topat.

Ritual itu menjadi unik karena diselenggarakan di tempat pemakaman umum dan dilakukan secara massal yang melibatkan masyarakat dari 3 desa, yaitu, Desa Sakra Selatan, Desa Lepak, dan Desa Gelanggang di Kecamatan Sakra Timur.

Pemilihan TPU Batu Ngereng sebagai pusat kegiatan mungkin karena ada ikatan sejarah dimana leluhur masyarakat dari tiga desa tersebut dimakamkan di tempat itu.

Roah tebolak beak pada dasarnya telah dilakukan secara turun temurun. Mengapa di kuburan? Ritual ini secara historis merupakan tradisi ziarah kubur menjelang Ramadan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun