𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙 Guru

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Puasa Ramadan dalam Perjalanan

24 Maret 2024   21:27 Diperbarui: 24 Maret 2024   23:29 618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puasa Ramadan dalam Perjalanan
Ilustrasi perjalanan di Bulan Ramadhan (Sumber: Shutterstock via Kompas)

Kita semua sepakat bahwa ibadah puasa Ramadhan identik dengan tadarus, shalat tarawih, qiyamullail sepertiga malam, atau zikir dan doa dalam setiap helaan napas. Namun tentu kita jangan lupa bahwa Ramadhan juga menantang kita untuk bertahan dalam kesabaran dan melawan tekanan yang bisa saja muncul dalam aktivitas tertentu.

Puasa Ramadhan dalam pengertian tertentu akan menjadi lebih berkualitas jika dijalani dengan tantangan-tantangan yang melatih kesabaran dan menumbuhkan kekuatan diri untuk menjalani aktivitas yang tidak biasa. 

Dalam kondisi puasa Anda harus melakukan perjalanan jauh lalu mengikuti sebuah kegiatan sejak pagi hingga malam. Ini bagian dari tantangan Ramadhan yang tidak terelakkan. Dalam konteks pengendalian diri, ini membutuhkan kemampuan bersabar dan bertahan dalam situasi yang sulit.

Refleksi dalam Keramaian

Jika kembali kepada prinsip Ramadhan sebagai bulan refleksi, sejatinya Ramadhan merupakan bulan keheningan untuk melakukan perenungan tentang perjalanan hidup yang telah kita lewati. Ramadhan merupakan ruang yang memberikan kesempatan untuk melakukan kontemplasi atas keberadaan kita sebagai manusia. 

Imam Masjid New York Imam Shamsi Ali menyebutkan bahwa Ramadhan memberikan tantangan untuk melakukan muhasabah (introspeksi) dan perenungan tentang berbagai hal. Ramadhan mengajak kita bertanya tentang siapa diri kita, dari mana, untuk apa, dan akan ke mana dalam perjalanan kesementaraan ini. Ramadhan mengajak kita untuk berpikir kembali tentang tujuan tertinggi kehidupan manusia.

Proses perenungan itu dapat dilakukan tidak saja dalam keheningan malam, kesendirian, atau ketenangan rumah-rumah ibadah. Perenungan itu merupakan proses penyadaran kembali yang dapat dilakukan di manapun dan kapanpun. Introspeksi dan refleksi sesungguhnya dapat dilakukan dalam kebisingan mesin kendaraan atau riuh debat dan diskusi. 

Ramadhan menantang kita untuk menghadirkan keheningan dalam keramaian agar dapat memaknai dan memandang setiap pengalaman hidup dengan cara yang selalu positif.

Lombok Timur, 24 Maret 2024

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun