Penghobi fotografi domisili Malang - Jawa Timur yang mulai jatuh hati dengan menulis, keduanya adalah cara bercerita yang baik karena bukan sebagai penutur yang baik.
Dulu Ingin Lebaran, Kini Gamon dari Ramadan
Mungkin ada yang diam-diam meminum atau memakan sesuatu, kucing-kucingan dengan orang tua.
Begitu bisa puasa sehari penuh, kenikmatan puasa setengah hari sudah lenyap, harus berjibaku dengan godaan yang lebih panjang.
Wajar, Anda di saat itu berharap lekas lebaran agar bisa kembali makan dan minum seperti biasa.
Baju baru dan uan THR baru menjadi hiburan yang paling menyenangkan di masa lalu Anda.
Gamon dari Ramadan saat dewasa
Beranjak dewasa menjadi hal yang menyebalkan, tetapi mau bagaimana lagi, karena itu menjadi keniscayaan.
Begitu dewasa, semakin banyak pengetahuan yang Anda dapatkan bahwa Ramadan bukan sekadar menahan lapar dan haus, melainkan nafsu duniawi.
Anda mulai berkuliah atau bekerja dengan tetap berpuasa di saat gunjingan atau kegiatan tidak bermanfaat mengepung Anda.
Saat itu, Anda juga mulai memahami intisari Ramadan sebagai bulan pengampunan dan obral pahala besar-besaran hingga gagal move on alias gamon dari Ramadan.
Tidak seperti masa anak-anak, masa Ramadan justru terasa cepat berlalu karena lebaran bukan orientasi Anda.
Lebaran tiba, Ramadan berpamitan, Anda mulai merasakan sedih karena entah tahun depan bisa bertemu lagi atau tidak.
Belum lagi ada berita sanak famili, kerabat, atau teman Anda yang mulai meninggalkan dunia satu per satu dan tidak berkesempatan bertemu Ramadan lagi.