Jalan Kehidupan
Tidak selamanya rute jalan itu lurus. Ada beloknya. Malahan, tidak semua belokan, ada lanjutan jalannya.
Tidak semua jalan itu, rata, ada naik atau turunya. Tidak semua jalan naik-turun, kondisinya dalam keadaan rata.
Mungkin jalan bukan kehidupan, tetapi kehidupan memiliki jalannya. Jalan kehidupan dengan keunikan dan karakternya sendiri
Di jalanan, kita sekedar pengguna, sementara dalam kehidupan, kita adalah penumpang, sekaligus penggunanya.
Gerak langkahnya, mengikuti alur jalan, tersedia. Manusia sekedar wayang-gerak, pengikuti jalan. Dinamikanya, lebih bersifat subjektif, pengalaman dirinya dalam mengartikan hiruk pikuk jalanan yang terlewatinya.
Jalan fisik, sudah nyata. Kaku dan baku. Pejalan menggunakan kaki dengan kecepatan dan maksudnya sendiri. Pengendara menggunakan jalan untuk tujuannya dan maksudnya sendiri.
Perbedaan kendaraan bukanlah, perbedaan tujuan, melainkan berbeda maksud dan orientasi hidupnya saja, pejalan kaki dan pengendara, bisa jadi tujuannya sama, hanya nafsu dan gengsi sosiallah, yang kemudian membedakan perbedaan cara dalam menempuh jalan dan perjalaan itu.
Keberhasilan, lebih disebabkan karena ketekunan kita dalam menggerakkan langkah menuju tujuan, bukan kendaraan yang digunakannya. Kendaraan yang digunakan, mungkin dapat membedakan waktu kecepatan sampai ke tujuan, tetapi tidak mempengaruhi kualitas hasil tujuannya.
Jalanan sudah ada sebelum manusia hadir. Sementara kehidupan, kehadirannya bersamaan dengan kemanusiaannya itu sendiri. Ada jalan kehidupan, ada kehidupan.
Setiap jalan ada kehidupannya.
Setiap kehidupan ada jalannya.
Bandung, 9 Nov 2022