Idulfitri, Bukan Terminal Ramadhan
Alhamdulillah. Akhir perjalanan Ramadhan tahun ini, bisa diselesaikan. Khusus bagi kita saat ini, kita patut bersyukur. Satu sisi, karena tidak semua saudara kita, atau tetangga kita yang bisa menyelesaikan Ramadhan dengan baik.
Ada saudara kita atau tetangga kita yang meninggalkan kita lebih awal. Karena cinta dan kasih Ilahi, ada sebagian dari kita, yang dipanggil Allah Swt untuk kembali ke haribaan-Nya, di sela-sela melaksanakan ibadah shaum Ramadhan. Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un. Saudara kita, almarhum atau almarhumah, meninggal dunia di bulan Ramadhan ini.
Ada pula, saudara kita atau tetangga kita, yang meninggalkan kita di masjid lebih awal, sehingga jumlah kita hanya sebagian orang saja. Dalam dua atau tiga minggu terakhir, kita sudah mulai merasakan, ada diantara saudara kita atau tetangga kita, sudah tidak sempat lagi hadir di masjid. Ada yang ditimpa musibah sakit (udzur), dan ada pula yang ditimpa sakit mental, mundur dari Ramadhan. Untuk kejadian ini pun, kita pun pantas mengucapkan inna lillahi wa inna ilaihi raji'un.
Ada pula, saudara kita atau tetangga kita, yang tidak bisa menuntaskan amalan Ramadhan sampai akhir, karena sudah meninggalkan Ramadhan sebelum Ramadhan berakhir. Ada yang meninggalkan shaum Ramadhan di hari-hari pertama, dan ada pula yang mulai kehilangan keistiqamahan jelang akhir Ramadhan. Faktanya sama saja, mereka mulai meninggalkan amalan Ramadhan, karena rendahnya keistiqamahan dalam ibadah. Sekali lagi, untuk hal ini pun, kita patut mengucapkan inna lillahi wa inna ilaihi raji'un.
Ada pula, saudara atau tetangga kita yang meninggalkan keutaman-keutamaan Ramadhan. Keindahan berkah akhir Ramadhan, banyak dikumandangkan sudah. Lailatul Qadr sudah dibukakan. Namun, tidak semua orang bersungguh hati untuk bisa mendapatkan atau meraihnya. Bisa jadi, untuk hal yang satu ini pun, andai meningalkan keutamaan Ramadhan karena ragu dan ada ketidakpercayaan terhadap keberkahannya, maka kita pun patut untuk mengucapkan inna lillahi wa inna ilaihi raji'un.
Terakhir, ada juga saudara atau tetangga kita yang meninggalkan keutamaan amalan sosial Ramadhan. Zakat fitrah dan shilaturahmi, atau saling memaafkan adalah bagian penting dan tak terpisahkan dari kegiatan Ramadhan. Kegiatan akhir ini, sejatinya adalah untuk menghapuskan egoism, individualis, atau keserakahan pada dunia atau cinta dunia yang berlebih (hubbud dunya). Maka, jika ada orang yang terjebak pada kondisi ini pun, kita pun patut untuk mengucapkan inna lillahi wa inna ilaihi raji'un.
Mungkin jadi. Itu bukan kesalahan mereka sendiri. Ada sesuatu hal yang bisa menyebabkan, mereka mengalami musibah tidak mampu menyelesaikan Ramadhan dengan baik. Karena itu, sudah sepatutnya, bila hari ini, kita ucap Syukur, karena kita bersama-sama menyelesaikan proses pembelajaran kita di bulan suci Ramadhan ini.
Sebelum paparan kita akhir. Kita perlu tegaskan kembali, bahwa idul fitri bukan tujuan ibadah Shaum Ramadhan. Karena, kita sudah diingatkan dan masih ingat sekali, bahwa tujuan pelaksanaan ibadah Ramadhan adalah menjadikan kita sebagai pribadi yang bertaqwa (muttaqin). Karena itu, idul fitri bukanlah tujuan puasa.
Akhir Ramadhan adalah terbitnya hilal bulan syawal. Sementara idul fitri adalah awal pembuktian keistiqamahan kita mempertahankan kualitas hasil pembelajaran selama bulan Ramadhan ini.
Kita semua paham. Ada yang mengatakan bahwa Ramadan adalah bulan tarbiyah (bulan pendidikan), atau bulan latihan (riyadhah). Tentunya, sesudah belajar, akan diwisuda. Wisuda bukan tujuan, dan bukan akhir dari proses pendidikan atau proses latihan.
Orang yang pintar itu, bukan bangga dengan ijazah atau prosesi wisuda, melainkan bangga karena mampu menumbuhkembangkan kemampuannya setelah diwisuda. Karena itu, lulusan terbaik itu, bukan karena pernah diwisuda, melainkan mampu menerapkan ilmu, pengetahuan dan teknologi hasil belajarnya dalam kehidupan sehari-hari.