Agustini
Agustini Guru

Profesi sebagai guru telah dijalani dua puluh tahun yang lalu. Bangga menjadi guru.Hobby menulis, banyak kata-kata yang tak mampu dilengakapi oleh kalimat yang keluar melalui bibir. Maka, menulis adalah cara aku berbicara dengan lantang. Hidup seperti awan diatas langit yang terombang-ambing oleh angin lalu dihempaskan ke bumi dalam bentuk hujan. Dan ingin menjadi air hujan yang menuduhkan hati yang gundah dengan suaranya, menyuburkan tanaman dengan air yang bermanfat, mengalirkan sungai dan membasahi tanah yang tandus.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Apakah Kualitas Iman Ditentukan melalui Ritual?

1 April 2023   06:39 Diperbarui: 1 April 2023   06:52 846
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Apakah Kualitas Iman Ditentukan melalui Ritual?
Ilustrasi dok. pribadi

Momentum Ramadhan seharusnya menjadi kepekaan sosial semakin terasah tajam, malah bukannya semakin  tumpul.  Memang benar adanya bahwa memperbanyak ritual ibadah dan ajang 'pen-setoran' amal untuk meningkatkan kualitas iman. 

Namun, tak bisa dipungkiri bahwa meskipun ritual-ritual 'menggunung' tinggi tapi mengapa perilakunya seperti orang yang kurang peka terhadap penderitaan orang lain. 

Bukankah sebaiknya keimanan itu sebanding lurus dengan perilaku sosial yang 'peka' dengan penderitaan orang lain ? Contoh kasus, ada seorang yang memiliki kemampuan membuat kebijakan karena posisinya atau jabatannya memungkinkan untuk mengambil keputusan yang memihak kaum dhuafa. Tapi, sebaliknya kebijakan itu justru menyulitkan orang-orang yang berada dibawah kemiskinan. 

Dari kasus sederhana di atas, saya (penulis) berharap pembaca memahami maksud saya. Apakah ritual-ritual yang dilakukan oleh seseorang hanya sebatas ritual saja dan tidak memahami essensi daripada tujuan ibadah tersebut ? Banyak sekali yang saya temui bahwa perilaku seseorang yang tidak mencerminkan ajaran-ajaran rasulullah. 

Banyak yang mengaku cinta pada rasulullah, bersholawat dengan keras sambil memegang mikropone. Namun, tidak men-teladani sikap dan tindakan rasulullah yang sangat mencintai dan peduli dengan orang-orang fakir miskin. 

Memajang status jalan-jalan , makan-makanan enak di restoran. Kebetulan yang melihat status adalah orang  miskin yang meminta penangguhan pembayaran .  

Nah, kasus seperti ini pernahkah teman-teman pembaca temui ? 

Teringat akan podcast dari Daniel Mananta Tetangga kamu bersama Ustadz.Felix Siauw. Sang Ustadz pernah berkata bahwa 'Kalau mau masuk Islam, jangan lihat orang islamnya, nanti kamu gak jadi masuk islam!' 

Saya (sipenulis) membenarkan ucapan sang ustadz. Saya saja yang murni islam dan ketemu setiap hari dengan orang islam, bergaul dengan orang-orang islam, merasa sangat 'malu' dengan perilaku orang islam.

Jadi, sebenarnya di bulan ramadhan, berpuasa haus-hausan dan menahan lapar. Apakah tujuannya untuk ibadah saja ? Atau ada makna lain yang ingin Allah S.W.T sampaikan ? 

Catatan hari ke-sepuluh Ramadhan.

Aghoesthine

Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun