Profesi sebagai guru telah dijalani dua puluh tahun yang lalu. Bangga menjadi guru.Hobby menulis, banyak kata-kata yang tak mampu dilengakapi oleh kalimat yang keluar melalui bibir. Maka, menulis adalah cara aku berbicara dengan lantang. Hidup seperti awan diatas langit yang terombang-ambing oleh angin lalu dihempaskan ke bumi dalam bentuk hujan. Dan ingin menjadi air hujan yang menuduhkan hati yang gundah dengan suaranya, menyuburkan tanaman dengan air yang bermanfat, mengalirkan sungai dan membasahi tanah yang tandus.
Apakah Kualitas Iman Ditentukan melalui Ritual?
Momentum Ramadhan seharusnya menjadi kepekaan sosial semakin terasah tajam, malah bukannya semakin tumpul. Memang benar adanya bahwa memperbanyak ritual ibadah dan ajang 'pen-setoran' amal untuk meningkatkan kualitas iman.
Namun, tak bisa dipungkiri bahwa meskipun ritual-ritual 'menggunung' tinggi tapi mengapa perilakunya seperti orang yang kurang peka terhadap penderitaan orang lain.
Bukankah sebaiknya keimanan itu sebanding lurus dengan perilaku sosial yang 'peka' dengan penderitaan orang lain ? Contoh kasus, ada seorang yang memiliki kemampuan membuat kebijakan karena posisinya atau jabatannya memungkinkan untuk mengambil keputusan yang memihak kaum dhuafa. Tapi, sebaliknya kebijakan itu justru menyulitkan orang-orang yang berada dibawah kemiskinan.
Dari kasus sederhana di atas, saya (penulis) berharap pembaca memahami maksud saya. Apakah ritual-ritual yang dilakukan oleh seseorang hanya sebatas ritual saja dan tidak memahami essensi daripada tujuan ibadah tersebut ? Banyak sekali yang saya temui bahwa perilaku seseorang yang tidak mencerminkan ajaran-ajaran rasulullah.
Banyak yang mengaku cinta pada rasulullah, bersholawat dengan keras sambil memegang mikropone. Namun, tidak men-teladani sikap dan tindakan rasulullah yang sangat mencintai dan peduli dengan orang-orang fakir miskin.
Memajang status jalan-jalan , makan-makanan enak di restoran. Kebetulan yang melihat status adalah orang miskin yang meminta penangguhan pembayaran .
Nah, kasus seperti ini pernahkah teman-teman pembaca temui ?
Teringat akan podcast dari Daniel Mananta Tetangga kamu bersama Ustadz.Felix Siauw. Sang Ustadz pernah berkata bahwa 'Kalau mau masuk Islam, jangan lihat orang islamnya, nanti kamu gak jadi masuk islam!'
Saya (sipenulis) membenarkan ucapan sang ustadz. Saya saja yang murni islam dan ketemu setiap hari dengan orang islam, bergaul dengan orang-orang islam, merasa sangat 'malu' dengan perilaku orang islam.
Jadi, sebenarnya di bulan ramadhan, berpuasa haus-hausan dan menahan lapar. Apakah tujuannya untuk ibadah saja ? Atau ada makna lain yang ingin Allah S.W.T sampaikan ?
Catatan hari ke-sepuluh Ramadhan.
Aghoesthine