Profesi sebagai guru telah dijalani dua puluh tahun yang lalu. Bangga menjadi guru.Hobby menulis, banyak kata-kata yang tak mampu dilengakapi oleh kalimat yang keluar melalui bibir. Maka, menulis adalah cara aku berbicara dengan lantang. Hidup seperti awan diatas langit yang terombang-ambing oleh angin lalu dihempaskan ke bumi dalam bentuk hujan. Dan ingin menjadi air hujan yang menuduhkan hati yang gundah dengan suaranya, menyuburkan tanaman dengan air yang bermanfat, mengalirkan sungai dan membasahi tanah yang tandus.
RIP Kejujuran di Bulan Ramadhan
Sekarang ini, kejujuran seperti berlian di dalam bumi sangat sulit ditemukan. Tidak banyak orang yang mampu berkata jujur apalagi kalau itu menyangkut urusan 'kepentingan' yang harus diperjuangkan dengan berbagai cara.
Jika ada pilihan antara berbohong dan jujur, maka pilihan mana yang akan engkau ambil ? Apalagi menyangkut urusan perasaan atasanmu. Mungkin, akan lebih baik berbohong kalau itu membuat posisi menjadi aman. Tidak akan banyak orang memilih untuk jujur, jika terancam atas eksistensi dalam circle lingkungan sosialnya.
Bukan hanya itu, terkadang lawan bicara juga lebih baik memilih untuk dibohongi daripada menerima kejujuran yang akan menyinggung harga dirinya. Baik itu seorang atasan maupun rekan kerja , lebih suka tawaran sebuah drama yang disetting manis dan membuang reality dari kejujuran tersebut.
Ramadhan yang penuh rahmat dan ampunan, sebenarnya adalah bulan yang berserakan akan kejujuran. Bagaimana puasa mengajarkan arti dan makna dari kejujuran tersebut. Saat dahaga yang mengikis seluruh tenggorakan bagaikan panas yang menghabiskan air di padang tandus, atau rasa lapar yang menggerogoti perut membuat aktifitas menjadi lamban. Lalu, mengapa kita tidak minum dan makan dengan diam-diam ?
Bagi orang yang beriman kepada Allah S.W.T tentulah berpuasa bagian dari ritual yang mengajarkan tentang kejujuran. Bukan hanya masalah makan dan minum tapi juga urusan lidah yang suka berbohong, berkata kasar, membicarakan orang lain atau bahkan lidah yang lancang memanipulasi dan menutup rapat-rapat sebuah kebenaran.
'Pada hari ini (kiamat), kami tutup mulut mereka dan berkatalah kepada kami tangan mereka, dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan'. (Qs. Yasin,36:65)
Berbohong itu seperti memelihara singa dalam kandang, jika dilepas kedustaan pasti akan balik menyerang kita. Karena zaman yang penuh kepalsuan menjadikan puasa kita hanya sebatas menahan haus dan dahaga saja. RIP kejujuran di bulan Ramadhan
Hari ke delapan belas,
Aghoesthine