Sepenggal Pengalaman Religius di Suatu Ramadan
Sepenggal Pengalaman Religius Disuatu Ramadan
Kala hari mulai senja, sore itu saya menyempatkan diri untuk berbuka puasa disuatu pujasera di kota Bandung, tidak ada yang luar biasa sebenarnya, berjalan seperti orang yang berbuka puasa. Tapi bila dikatakan sederhanapun nampaknya tidak juga. Ada pengalaman unik yang ingin kutulis dalam artikel yang sederhana ini.
Dengan tenang kusantap nasi goreng yang kupesan. Sesekali kunikmati juga segelas air manis yang ada didepanku. Memang benar kata para kyai yang selalu memberikan ceramah agama dimimbar-mimbar masjid. Bahwa kenikmatan orang yang berpuasa adalah saat kita akan berbuka.
Saat enak-enaknya menikmati nasi goreng, tiba-tiba saja saya dikejutkan dengan kehadiran bocah kecil. Waktu saya menoleh kepadanya, kupandang wajah anak laki-laki yang lugu, umurnya sekitar 8 tahunan. Anak laki-laki itu membawa mangkuk pelastik, yang sesekali digosok-gosok. Dia berucap lirih didepanku, Om, kasihan, minta recehannya buat makan.
Sepontan kupandangi wajah yang lugu tersebut, berbarengan dengan itu saya sempat teringat kepada sajak karangan Sa'di Siradzi,
Bila anak yatim menangis, siapa menghalau duka citanya?
Bila perasaannya tak terkendali, siapa yang peduli pada berangnya?