Muh Khamdan
Muh Khamdan Human Resources

Berbagi wawasan di ruang akademik dan publik demi dunia yang lebih damai dan santai. #PeaceStudies #ConflictResolution

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Menanti Ramadan: Sebuah Doa, Janji, dan Perjalanan Spiritual

30 Maret 2025   00:36 Diperbarui: 27 Maret 2025   10:33 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menanti Ramadan: Sebuah Doa, Janji, dan Perjalanan Spiritual
Ilustrasi Ramadan karim (Sumber: Freepik/Ramadan)

Wahai Ramadan yang dirindukan, hari ini aku menuliskan sepucuk surat untukmu. Sebagai janji, sebagai doa, sebagai pengingat bahwa ketika engkau kembali, aku ingin menyambutmu dengan lebih baik dari sebelumnya. Engkau adalah tamu istimewa yang membawa rahmat, dan aku tak ingin hanya menjadi tuan rumah yang lalai. 

Tahun depan, aku ingin menjadikanmu lebih bermakna, bukan hanya bagiku, tapi juga bagi orang lain. Jika tahun ini aku lebih sibuk memikirkan diri sendiri, maka tahun depan aku ingin berbagi lebih banyak. Aku ingin hadir bagi mereka yang membutuhkan, sekecil apa pun caraku berbagi.

Aku ingin belajar bahwa Ramadan bukan sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi juga menahan ego, amarah, dan kebiasaan yang sia-sia. Aku ingin memanfaatkan waktu-waktu kosongku untuk sesuatu yang lebih berarti. Setiap detik Ramadan terlalu berharga untuk dilewatkan tanpa makna.

Aku ingin meningkatkan kinerjaku di sela-sela ibadah puasaku. Ramadan tak boleh menjadi alasan untuk bermalas-malasan, melainkan harus menjadi dorongan untuk bekerja lebih baik, lebih ikhlas, dan lebih produktif. Bukankah Rasulullah tetap menjalankan tugas-tugas besarnya di tengah Ramadan dengan penuh semangat?

Tahun depan, aku ingin menjadikan Ramadan sebagai bulan yang lebih bersih, bukan hanya untuk jiwaku, tapi juga untuk bumi. Aku ingin mengurangi sampah lebih banyak. Memastikan tak ada makanan yang terbuang sia-sia, membawa botol dan wadah sendiri, serta mengajak orang lain untuk lebih peduli terhadap lingkungan.

Aku ingin lebih sadar bahwa kesederhanaan adalah esensi Ramadan. Tak perlu berlebihan dalam berbuka, tak perlu membeli sesuatu yang tak perlu, tak perlu membuang apa yang masih bisa dimanfaatkan. Ramadan harus mengajarkanku arti cukup, dan cukup adalah keberkahan.

Aku ingin Ramadan tahun depan menjadi bulan di mana aku lebih banyak membaca firman-Nya. Aku ingin mengkhatamkan Al-Qur'an lebih dari dua kali, bukan sekadar mengejar jumlah, tetapi menyelami setiap makna, membiarkan ayat-ayat-Nya mengalir dalam darah dan kehidupanku.

Aku ingin setiap ayat yang kubaca tak hanya terlantun di bibir, tapi juga terpatri dalam tindakan. Aku ingin menyelaraskan hatiku dengan wahyu-Nya, membiarkan setiap huruf Al-Qur'an membimbing langkah-langkah kecilku menuju kebaikan.

Bukan Ramadan yang harus kita tunggu untuk berubah, tapi kitalah yang harus bersiap menyambutnya dengan hati yang lebih bersih dan amal yang lebih bermakna.

Ramadan tahun depan, aku ingin lebih banyak berdoa. Bukan hanya untuk diriku sendiri, tapi untuk keluarga, sahabat, dan bahkan orang-orang yang tak kukenal. Sebab doa yang tulus, meski tanpa nama, akan menemukan jalannya sendiri menuju langit. Aku ingin menjadikan malam-malam Ramadan sebagai waktu yang lebih berharga. Bukan hanya sekadar menonton atau bersantai tanpa arah, tetapi bersujud lebih lama, mengadu lebih dalam, meminta lebih banyak ampunan.

Aku ingin menjadikan sahur bukan sekadar rutinitas makan sebelum fajar, tetapi waktu untuk merenung, untuk berdoa, untuk mengingat bahwa setiap hari yang masih diberikan adalah kesempatan baru untuk memperbaiki diri. Aku ingin berbuka dengan lebih penuh syukur. Aku ingin merasakan betapa nikmatnya seteguk air setelah seharian berpuasa dan betapa banyak orang yang bahkan tidak seberuntung aku. Syukur harus lebih besar daripada sekadar ucapan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

Nunggu Bedug Makin Seru di Bukber Kompasianer

Selain buka puasa bersama, Kompasiana dan teman Tenteram ingin mengajak Kompasianer untuk saling berbagi perasaan dan sama-sama merefleksikan kembali makna hari raya.

Info selengkapnya: KetemudiRamadan2025

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun