Wot Ie Bu, Tradisi Memasak Bubur Beras Selama Ramadan di Aceh
Ramadan selalu menjadi berbeda dan istimewa. Selalu ada hal-hal yang baru dan hanya dilakukan di bulan tersebut. Hal seperti ini kemudian menjadi sebuah adat ataupun tradisi yang dilakukan setiap tahunnya.
Provinsi Aceh menjadi salah satu daerah yang mempunyai tradisi unik ketika Ramadan. Saya mengalami dan turut menjadi bagian dari orang yang menikmati tradisi ini. Konon, entah sudah sejak kapan tradisi ini berlangsung. Setiap Ramadan masyarakat Aceh selalu memasak bubur beras atau lebih dikenal dengan istilah wot ie bu.
Wot mempunyai arti memasak, ie bu memiliki arti bubur beras. Setiap Ramadan tradisi wot ie bu selalu dilakukan di Gampong/Desa yang ada di Aceh khususnya Kabupaten Pidie.
Hampir semua Gampong menjalankan tradisi wot ie bu ini. Ini dilakukan mulai dari Ramadan hari pertama hingga akhir Ramadan nantinya.
Peran Teungku Imum
Kegiatan wot ie bu ini biasanya dibawah tanggungjawab tengku imum atau imam. Kegiatan wot ie bu biasanya dilakukan di Meunasah/Surau. Tenang saja, di Masjid pun tetap ada. Untuk biaya peralatan masak, bumbu dan ongkos juru masak, semuanya telah ditanggung oleh pihak Gampong. Biasanya uang yang diambil adalah hasil dari ongkos sewa tanah sawah milik Gampong yang disewakan ke masyarakat.
Biasanya pihak Gampong juga mempunyai dana lain hasil dari BUMG (Badan Usaha Milik Gampong) yang kemudian dijadikan anggaran untuk masak ie bu selama Ramadan.
Jauh hari sebelum Ramadan, pihak Gampong biasanya sudah mencari juru masak. Orang yang ditunjuk menjadi juru masak biasanya adalah orang yang memang ahli memasak ie bu. Karena memasak ie bu dilakukan menggunakan peralatan khusus. Yaitu dimasak di atas kuali besar menggunakan bambu kering sebagai bahan bakar api.
Wot Ie Bu
Juru masak mulai melakukan persiapan memasak ie bu sekitar pukul 15:00 WIB. Mulai dari menyiapkan bumbu hingga isi dari bubur beras. Masyarakat sering menyumbang ayam dan udang sebagai tambahan isi dari bubur beras nantinya.
Proses memasak ini lumayan lama. Membutuhkan waktu satu hingga dua jam memasak. Kemudian jika sudah selesai dimasak, Teungku Imum akan membuat pengumuman di Meunasah menggunakan pengeras suara agara masyarakat khususnya anak kecil untuk datang mengambil ie bu yang sudah dimasak.
Kemudian ie bu ini juga disisakan untuk masyarakat yang ingin berbuka puasa di Meunasah. Biasanya juga disisakan untuk jamaah tarawih agar bisa disantap ketika selesai salat nanti.
Tradisi ini sudah sangat lama dilakukan oleh masyarakat Aceh khususnya yang berada di Kabupaten Pidie. Sungguh tradisi yang begitu baik dan cukup pantas untuk dipertahankan. Saling berbagi dan kebersamaan menjadi salah satu nilai yang paling mencolok dari tradisi wot ie bu.
Teurimong Geunaseh.
Aceh