Sound of Borobudur: Endorse Wonderful Borobudur atau Musik Kreatifnya?
Pada 1991, UNESCO menetapkan Candi Borobudur sebagai warisan dunia. Candi Borobudur adalah situs arkeologi Budha terbesar dunia, khazanah sejarah peradaban Indonesia yang mengglobal dan kosmopolitan.
Keindahan bangunan Candi Borobudur dan hamparan relief di sekeliling dindingnya, adalah "rekaman" sejarah peradaban adiluhung, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknik arsitektur yang begitu pesat dan maju luar biasa saat itu yang melampaui zamannya.
Borobudur merupakan warisan mega perpustakaan yang menyajikan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai yang telah dicapai oleh leluhur kita pada 13 abad silam. Berbagai kisah dengan nilai pengetahuan dan pesan moral telah diwariskan oleh nenek moyang kita untuk generasi berikutnya.
Borobudur adalah literatur dan dokumentasi perjalanan lelaku leluhur kita. Pada dinding-dinding candi yang dibangun di masa wangsa Syailendra ini terdapat 1.460 panel relief cerita dan 1.212 panel relief dekoratif.
Orang yang berkunjung ke Candi Borobudur pasti berdecak kagum menyaksikan keindahan dan arsitekturnya. Reaitas yang tidak bisa dimungkiri. Sejatinya itu sudah sejak lama terjadi.
Fenomena terbaru adalah artefak sejarah arkeologi yang sangat menarik dan luar biasa yang memperlihatkan ratusan instrumen (alat) musik dari berbagai daerah Indonesia, bahkan dunia yang terpahat pada relief Candi Borobudur.
Dari sini, bisa saja kemudian ditafsirkan bahwa Borobudur pusat musik dunia, atau mungkin pernah terjadi interaksi dan berkumpulnya seniman-seniman dunia.
Sementara, "Sound of Borobudur" menjadi sebuah movement (gerakan) yang bersumber dari gagasan untuk membunyikan kembali berbagai alat musik yang wujudnya terpahat dalam relief-relief candi, dan menjadi bukti kebesaran peradaban leluhur bangsa Indonesia yang telah mendunia pada masanya.
Gerakan ini didesain untuk dapat menjadi “pemantik” dalam membangun kebanggaan bangsa Indonesia terhadap kekayaan budaya leluhur, sekaligus sebagai media untuk menemukan rumusan agar potensi ini dapat memberikan dampak positif langsung bagi masyarakat, khususnya warga di sekitar candi Borobudur.
Baca juga: Menjejak Perjalanan dan Pemikiran Sound of Borobudur
Lahirnya gerakan "Sound of Borobudur" sejak 5 tahun lalu, paling tidak, adalah respons kreatif dan signifikan dari para seniman dan pemusik kawakan Indonesia, seperti Purwa Tjaraka, Dewa Bujana, Trie Utamie dan seniman-seniman lainnya dalam proses panjang untuk menafsirkan, mengeksplor, dan mengejewantahkan instrumen musik yang terpahat pada Candi Borobudur dalam sebuah kerja krreatif bermusik dalam dunia nyata.