Lika-liku Ramadhan: Dari Puasa Setengah Hari (Bedug) sampai Puasa Sambung
Di bulan suci Ramadhan ini selalu ada cerita dan budaya yang unik, salah satunya puasa setengah hari. Biasanya puasa ini dilakukan oleh anak-anak yang belum dewasa atau baligh dengan maksud untuk melatih sekaligus mengedukasi anak mengenai puasa ramadhan.
Nama bedug diambil dari alat bedug yang dipukul sebelum adzan dikumandangkan, orang jawa sering menyebut waktu dzuhur dengan sebutan bedug dzuhur, dari situlah puasa setengah hari disebut puasa bedug.
Nah, apakah boleh puasa setengah hari ini dilaksakan oleh orang yang sudah dewasa?
Jelas jawabannya tidak boleh dan tidak sah, karena hakikatnya puasa dimulai ketika subuh atau terbitnya fajar shodiq sampai maghrib (tenggelamnya matahari).
Lalu mengapa ada puasa bedug (puasa setengah hari), padahal sudah jelas bahwa puasa setengah hari atau hingga adzan dzuhur itu hukumnya tidak sah ?
Puasa bedug ini dirancang untuk melatih anak-anak yang masih belum dewasa, dan mengedukasi anak tentang puasa dibulan Ramadhan. Melatih anak agar ketika sudah dewasa tidak kaget saat melaksanakan puasa sehari full. Selain puasa setengah hari ada juga puasa sambung, sambung disini maksudnya ksaat adzan dzuhur buka puasa, ketika sudah jam satu maka dilanjut puasa sampai maghrib.
Sebenarnya anak yang belum baligh belum memiliki kewajiban untuk berpuasa, karena yang mewajibkan seseorang untuk melaksanakan puasa salah satunya baligh.
Dalam kitab matan ghoyah wa at-taqrib karangan Imam Abu syuja' menjelaskan bahwa syarat yang mewajibkan seseorang untuk berpuasa ada empat, yaitu : Islam, Baligh, berakal, mampu untuk berpuasa.
Lalu bagaimana ketika puasa ini dijadikan edukasi untuk anak sebagai pembelajaran mengenai puasa agar kedepannya saat diwajibkan untuk melaksanakan sudah terbiasa.