www.muslifaaseani.com | Tim Admin KOLOM | Tim Admin Rinjani Fans Club
Puasa Buka Bersama di Ramadan 1444 Hijriah
FOMO (Fear of Missing Out) dari momen Berbuka Bersama? Ternyata tidak. Semakin menua, banyak kebiasaan umum di masyarakat, yang ternyata ndak masalah kalau ndak ikut.
Begitulah.
Telah semakin kehilangan kesempatan momen buka bersama, di dua hari terakhir saya memasak sendiri menu berbuka sampai sahur. Seolah disusupi Lailatul Qadr. Bukan apa-apa. Keputusan memasak sendiri, gara-gara patah hati dengan rasa sambal udang, hasil beli di lapak lauk pauk matang serta takjil.
Secara penampakan, tentu saja satu nampan berisi sambal udang, tampak sangat lezat. Apalagi saat belanja, di jam injury time. Sedang lapar-laparnya. Sekitar setengah jam dari waktu berbuka di kota Selong, Lombok Timur. Jam 18.20 Wita.
Beberapa suapan pertama, tentu sesuai ekspektasi. Jelang jam istirahat di sekitar 10 malam, tampak satu mangkuk, masih berisi sambal udang. Mau dihangatkan, tanggung. Akhirnya, saya makan lagi dengan lima suap nasi. Di momen inilah, jadi sadar mengapa tersisa. Pedasnya kemanisan.
Itulah. Akhirnya saya lebih bersemangat masak sendiri. Takarannya pas. Cukup untuk berbuka, masih cukup pula sampai sahur. Eh, hampir mau lupa, ini kan mau nulis tentang buka bersama.
Tahun ini, full satu bulan saya tidak mengikuti satu pun acara buka bersama. Sempat membuat janji untuk kawan-kawan Kompasianer Lombok. Sedihnya, belum berjodoh.
Pernah juga hampir mau berbuka bersama 120-an peserta pelatihan kelas kualitas layanan yang diadakan Kemenparekraf. Tapi, saya memilih pulang lebih dulu. Sedang tidak berpuasa, praktis, saya semacam hanya jadi teman mengobrol keluarga adik lelaki saya. Rumahnya di kota Gerung, Lombok Barat. Saya menginap semalam, lalu kembali ke kota Selong, di pagi hari berikutnya.
Jadi, relatif tidak pernah ikut buka bersama. Lebih karena keadaan. Di ramadan tahun sebelumnya, dua anak saya masih berkumpul semua di rumah. Jika misalnya saya hendak ikut acara berbuka di luar, suami dan anak-anak masih kumpul bertiga. Ndak nglangut. Tahun ini, anak sulung saya sudah bekerja. Yang bungsu, dapat beasiswa kursus bahasa Inggris, hampir sebulan penuh. Setiap berbuka, saya hanya berdua suami. Seolah pengantin baru.