www.muslifaaseani.com | Tim Admin KOLOM | Tim Admin Rinjani Fans Club
Tentu Rindui Rinjani Lombok, Apa Lagi?
Tentu saja bukan semua orang yang merindui Rinjani, lebih dari apapun. Yang paling rindu, tentu mereka yang pernah mendakinya. Bisa jadi hanya sekali. Atau berkali-kali seperti saya. Meski berkali-kali, saya baru hanya sekali sampai puncaknya. Puncak Anjani, di ketinggian 3726 mdpl. Dulu. Di bulan Agustus 1995. Di bulan ultah saya yang persis di angka 20 tahun.
Pendakian pertama, puncak pertama. Tapi, saya masih memelihara ingin. Meraih kembali puncak, kalau bisa dan boleh, bersama anak-anak. Semoga, aamiin.
Nah, apa Rinjani saja yang dirindukan seorang Sasak diaspora? Secara umum, beberapa hal yang kerap dirindukan seseorang yang jauh dari Lombok, diantaranya;
Spot Wisata Alam
Selain Rinjani, tentu ada pantai-pantai cantik, gili-gili eksotis, air terjun, bahkan sedikit bagian daerah dengan petak persawahannya yang hijau. Pantai cantik misalnya. Salah satu pantai terdekat dari rumah saya, sebenarnya tidak sebersih pantai umum, apalagi yang menjadi destinasi wisata. Namun, gradasi biru dari bibir pantai sampai batas horizon, selalu mengundang kerinduan.
Demikian juga beberapa spot air terjun. Jadilah penggunaan istilah, spot mainstream dan anti-mainstream. Istilah pertama, pantas juga menjadi destinasi wisata turis domestik dan internasional. Yang kedua, antara tidak layak karena pengelolaan yang kurang, atau akses menuju spot yang belum memenuhi 2A, yaitu Akses dan Amenitas. Atraksinya sesuai. Spotnya indah, alami, instagrammable. Tapi, akses jauh, pom bensin jarang, warung kecil pun tak ada.
Kuliner Khas Lombok
Di banyak tulisan, saya pernah curcol bagaimana saya mengalami culture shock khusus di masalah makanan, saat berpindah dari Lombok Timur (Lotim) ke Semarang, Jawa Tengah. Rasa cabe rawit dan tomatnya, membuat sambal Beberok atau Pelecing Kangkung tak pernah sama. Saya baru mulai menerima, setelah lebih dari sebulan serta terpaksa menggunakan cabe merah keriting. Jenis cabe yang umum digunakan di Semarang.
Pernah pula saya memohon ke adik untuk dikirimkan kacang Lebui dan Komak. Untungnya, ya hanya sekali koq, selama hampir 10 tahun menetap di Semarang.