Musfiq Fadhil
Musfiq Fadhil Tenaga Kesehatan

Lulusan S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat - Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Merawat Optimisme Kemenangan dalam Pelukan Waisak dan Ramadan

7 Mei 2020   23:04 Diperbarui: 7 Mei 2020   23:19 415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Merawat Optimisme Kemenangan dalam Pelukan Waisak dan Ramadan
Ilustrasi oleh Abdullah Gatasheh dari Pexels.com

Assalamualaikum wr. wb.

Di bulan ramadan, setan-setan yang berperan sebagai musuh untuk mengganggu keimanan kita, dibelenggu oleh Tuhan. Namun, hal itu tidak membuat jalan perjuangan mencapai ridho Tuhan menjadi mudah tanpa beban.

Justru di bulan Ramadan, seorang hamba harus berhadapan langsung dengan musuh sesungguhnya, musuh yang lebih susah dikalahkan dibanding setan: Hawa Nafsu yang kebablasan.

Hawa Nafsu nafsu yang kebablasan membuat seorang hamba lupa bahwa sejatinya kita hidup di dunia semata untuk mendapatkan ridho Tuhan.

Kita sering terlena, membiarkan begitu saja hawa nafsu di dalam diri mendorong tubuh kita untuk bergerak liar sak karepe dewe.  Akibatnya, kita dikuasai oleh sifat-sifat keburukan yang menjadikan diri semakin jauh dari Tuhan.

Ramadan adalah arena perang. Selama ramadan, kita diberikan tugas melawan hawa nafsu yang kebablasan. Hanya hamba yang mampu mengendalikan amarah, rasa lapar dan dahaga, keserakahan, kesombongan, dan perbuatan tercela saja yang berhak memperoleh kemenangan.

Mengalahkan dan mengendalikan hawa nafsu itu tidak mudah. Dalam perjalanan perjuangan selama ramadan, banyak serangan yang datang. Mulai dari aroma masakan warteg sebelah, bayangan betapa empuk rendang di RM padang Sederhana, hingga segarnya sop buah dan es kelapa muda.

Belum lagi cuaca panas yang membuat kepala dan hati kita panas, rasa ingin membully melonjak tinggi diiringi jempol yang jelalatan ingin membeli barang diskonan ramadan di toko online.

Serangan-serangan dari hawa nafsu yang datang terus menerus tersebut bisa membuat kita kewalahan. Biasanya, Godaan-godaan nafsu itu semakin hari semakin terasa berat dan melelahkan. Jika kita tak kuat menahan iman, pertahanan semakin melemah, hingga membuat kita menyerah dan akhirnya kalah. 

Di ramadan yang memasuki hari ke-15 ini, apakah semangat meraih kemenangan atas hawa nafsu itu masih kita genggam? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun