Mutia AH
Mutia AH Lainnya

Menulis yang ringan dan positif

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Puasa Media Sosial, Bentuk Kepedulian terhadap Kesehatan Mental dan Pikiran Diri Sendiri

30 Maret 2024   20:48 Diperbarui: 30 Maret 2024   20:50 1321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puasa Media Sosial, Bentuk Kepedulian terhadap Kesehatan Mental dan Pikiran Diri Sendiri
Input sumber gambar: istockphoto.com

Puasa Media Sosial, Bentuk Pengendalian dan Kepedulian Diri Terhadap Kesehatan Mental dan Pikiran

Sebelum bicara puasa Media sosial, mari kita cek terlebih dahulu, ada berapa media sosial di handphone yang ada di tangan saat ini?

Beda generasi beda Media sosial yang digandrungi, akan tetapi pada umumnya lebih dari tiga jenis Media sosial yang dimiliki. Meskipun postingan yang diunggah seringkali senada, bahkan cenderung sama. Akan tetapi begitulah adanya, tidak memiliki Media sosial seperti orang yang tidak bersosialisasi, meskipun tidak bisa dikatakan demikian. Jika begitu keadaanya, apakah mungkin untuk puasa Media sosial? 

Jawaban setiap orang mungkin berbeda. Akan tetapi jika peduli dengan kesehatan mental sendiri, sebaiknya kita senantiasa puasa media sosial. 

Menurut saya pribadi, puasa Media sosial bukan berarti putus sama sekali atau tidak menggunakan. Seperti halnya arti puasa yaitu menahan. Maka, dalam puasa Media sosial kita juga menahan diri. Baik dalam membuat atau melihat postingan di Media sosial. 

Apa yang muncul di halaman media sosial kita, mengikuti algoritma. Diman algoritma akan membawa pada hal-hal yang sering dilihat, diikuti, disukai dan dicari. Sehingga seringkali penggunanya lupa diri. Apa yang dilihatnya begitu menarik perhatiannya dan ia tak sempat mengontrol diri, apakah hal itu baik untuk ditonton dan dilihat terus menerus.

Algoritma media sosial adalah langkah sistematis dan terstruktur untuk mengolah kumpulan data melalui sebuah instruksi. Tujuannya untuk memfilter, memberi peringkat, memilih, dan merekomendasikan konten kepada penggunaan. 

Namun, penilaian tentang minat hanya sebatas apa yang kamu lihat lebih lama dan tombol like yang ditekan. Baik menekan karena memang suka atau tidak sengaja. Sehingga time line akan penuh dengan warna-warna yang senada yang menurut algoritma hal tersebut layak untuk direkomendasikan. Tidak peduli hal tersebut baik atau buruk. Maka yang dapat menilai adalah diri kita sendiri, sehingga kita perlu kontrol diri dalam menggunakan Media sosial. Apakah hal itu baik atau buruk. 

Kapan saatnya kita mengendalikan dan mengontrol diri dalam bermedia sosial? Jawabannya setiap saat. 

Setiap saat kita harus selektif dan waspada dengan segala bentuk informasi yang masuk (tampilan beranda Media sosial). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Content Competition Selengkapnya

13 Mar 2025
SEDANG BERLANGSUNG
Ramadan dan Kesehatan Mental
blog competition  ramadan bercerita 2025  ramadan bercerita 2025 hari 11 
14 Mar 2025
Diet Sampah Saat Ramadan
blog competition ramadan bercerita 2025 ramadan bercerita 2025 hari 12
15 Mar 2025

MYSTERY TOPIC

Mystery Topic 2
blog competition ramadan bercerita 2025 ramadan bercerita 2025 hari 13
Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

Cara Seru Nunggu Bedug di Ketemu Ramadan

Ketemu di Ramadan hadir kembali. Selain sebagai ajang buka puasa bersama Kompasianer, ada hal seru yang berbeda dari tahun sebelumnya. Penasaran? Tunggu informasi selengkapnya!

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun