Mau Puasa dan Badan Tetap Cihuy? Asupan Makanan Adalah Koentji!
Pada dasarnya, puasa adalah ibadah. Puasa enggak sekadar menahan haus dan lapar selama beberapa jam kemudian 'balas dendam' makan sebanyak-banyaknya saat berbuka. Dalam ajaran Islam, umat Islam diwajibkan untuk berpuasa di bulan Ramadan dalam rangka meningkatkan ketakwaan kepada Yang Maha Segala. Konon, dengan tidak makan dan tidak minum, hati kita sedang 'disucikan' oleh-Nya dari hal-hal negatif.
Selain itu, dari kacamata medis, puasa juga terbukti membuat tubuh kita sehat. Dipercaya, selama ini, sumber dari segala sumber penyakit berawal dari perut alias apa yang kita konsumsi. Bayangkan, tubuh kita, khususnya organ-organ pencernaan, bekerja terus-menerus sepanjang kita hidup dan selama kita tidak berhenti makan. Para dokter sepakat, ada kalanya, organ-organ ini 'diistirahatkan' selama beberapa waktu.
Nah, salah satu cara yang bisa ditempuh adalah dengan menunaikan puasa selama 30 hari di bulan Ramadan. Toh, selama 30 hari itu tidak berarti tubuh kita tidak makan sama sekali. Saat puasa, tubuh tetap mendapat asupan makanan melalui aktivitas sahur saat terbit fajar dan berbuka saat matahari terbenam.
Walaupun demikian, menariknya, ada tiga kemungkinan yang terjadi saat kita berpuasa, yaitu berat badan naik, berat badan turun, dan stabil alias berat badan tidak mengalami peningkatan dan penurunan. Semua hal itu bisa dimaklumi karena pada dasarnya, saat kita berpuasa, terjadi perubahan pada diri kita, seperti perubahan pola makan, perubahan pola tidur, sampai perubahan aktivitas fisik (bekerja, olahraga, dan lain-lain). Sehingga, saat berpuasa, kita harus pandai-pandai memperbaiki pola-pola ini agar metabolisme tubuh tetap berjalan dengan baik.
Ada tiga hal yang harus diperhatikan:
Makanan Saat Sahur dan Berbuka
(Sengaja diletakkan di nomor satu karena ini penting, gaes!)
Mengapa makanan saat sahur dan berbuka berperan penting? Karena kita harus memastikan makanan yang masuk ke dalam tubuh kita dapat dicerna lebih lama, mampu menjaga gula darah stabil, serta membuat kenyang lebih lama. Sehingga, harapannya, kita lebih fit saat menahan haus dan lapar selama 12 jam (puasa).
Siapa sangka ya, seporsi nasi goreng saat sahur justru membuat hari kita penuh 'drama' saat puasa? Yes. Nasi goreng sering dipilih sebagai menu karena cara memasaknya yang relatif mudah. Satu piring nasi goreng ternyata mempunyai karbohidrat yang tinggi karena berasal dari nasi, tinggi lemak juga karena prosesnya digoreng dengan menggunakan minyak goreng, serta tinggi kalori jika ditambah kerupuk. Di sisi lain, ternyata, justru kurang kandungan protein karena hanya telur sebagai lauk dan rendah serat karena hanya ada timun, tomat, kol sebagai pelengkap (itu pun kalau ada, ya hehe).
Dengan komposisi gizi yang seperti itu, tidak jarang alias sering, kita merasa ngantuk saat jam-jam kritis, seperti 30 menit setelah sahur, siang hari menjelang dzuhur, serta setelah berbuka.
Sebenarnya, penyebabnya bisa tiga, yaitu lonjakan glukosa, makan berlebih, dan kurang tidur. Agar tidak mengantuk saat berpuasa, cepat lapar, dan hilang konsentrasi, ada baiknya kita menghindari makan berlebihan, makan terlalu banyak gula, serta begadang. Sebaliknya, pilih 'menu anti ngantuk' seperti makanan dengan karbohidrat kompleks, protein, sayuran, dan buah, yaitu Gizi Seimbang. Ingat ya, istilahnya 'Gizi Seimbang', bukan '4 Sehat 5 Sempurna' lagi.