ranny m
ranny m Administrasi

Manusia dg keberagaman minat dan harap. Menjadi penulis adalah salah satunya. Salah duanya bikin film. Salah tiganya siaran lagi. Salah empatnya? Waduh abis dong nilainya kalo salahnya banyak hehe..

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Khas Ramadhan: Lari Malam yang Dirindukan

16 April 2021   07:54 Diperbarui: 16 April 2021   07:58 543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Khas Ramadhan: Lari Malam yang Dirindukan
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Jarum pendek jam dinding menunjuk ke angka 3 dan jarum panjangnya persis di angka 12. Wah sebentar lagi adzan ashar berkumandang. Namun ada keramaian lain yang terjadi di sekitar jam ini. Yap! Suara bocah-bocah kompleks yang saut-menyahut memanggil kawannya untuk main sore. Aku jadi teringat masa kecil di kampung halaman. Meski tanpa jalan paving seperti kompleks rumahku saat ini, bahkan masih jalan tanah, tapi ternyata aktivitas bocahnya juga masih sama. Memulai keriuhan sejak matahari mulai ramah untuk mata.

Aktivitas main sore ini tak kenal puasa. Hayuk aja! Mulai dari petak umpet, bentengan, sepedaan hingga sekedar jalan-jalan saja. Tentunya dengan wajah sumringah karena lepas dari kebosanan menunggu jam tidur siang berlalu. Meski puasa, bukanlah masalah. Malah lebih seru! Karena kelar mainnya nanti menjelang maghrib. Jadi sampai rumah, mandi, eh buka deh! 

Nah lanjut setelah maghrib. Setelah buka puasa, maka kawan-kawanku dulu akan menghampiri rumahku. Dengan semangat yang sudah di-charge dengan sepiring nasi, kami berangkat sholat tarawih di masjid. Kalau berangkat, biasanya bareng dengan Bapak Ibu tetangga-tetangga juga. Jadi nggak takut di jalan. Maklum, masih desa, rumah masih berjarak dengan ditambah lampu jalan yang masih minim. Bekal ke masjid tentu saja selain buku Agenda Ramadhan (yang wajib diisi ceramah dan tanda tangan Khotib), tentu saja senter untuk menerangi jalan. Dan sedihnya, tidak semua orang punya senter. Tapi kalau berangkat, masih amanlah.

Namun keseruan yang dirindukan adalah saat pulang tarawih. Biasanya selepas salam-salam, Bapak Ibu jamaah akan langsung pulang, sementara bocah-bocah seperti kami ini masih antri nunggu tanda tangan Khotib. Sekilas tentang buku Agenda Ramadhan tadi ya. Jadi itu adalah buku wajib selama Ramadhan yang dibagikan ke anak-anak sekolah SD-SMa. Harus diisi dengan evaluasi ibadah harian, mulai dari sholat hingga mengaji. Selain itj, ada halaman yang harus diisi dengan resuma ceramah agama. Bisa dari ceramah Khotib tarawih, Khotib sholat Jumat maupun ceramah subuh di televisi. Tapi kebanyakan dari kamk ya mengisinya dengan ceramah tarawih. Biasanya yang rajin mencatat ya yang anak SD-SMP. Kalau SMA agak jarang.

Nah back to the topic! Masjid mulai sepi. Hanya ada beberapa orang yang masih di masjid. Biasanya terdiri dari marbot masjid, kakak-kakak RISMA (Remaja Islam Masjid) yang tadarusan serta Bapak Khotib. Sebagai anak TPA (Taman Pendidikan Alquran) dan guna mengisi buku Agenda Ramadhan tadi, kami biasanya lanjut ikut tadarusan bareng kakak-kakak RISMA. Tentu saja para bocah ini dipersilahkan untuk mengaji duluan supaya bisa pulang duluan juga. Kami biasanya pulang sekitar setengah atau satu jam setelah selesai sholat tarawih.

Dan lari malam dimulai. Karena jalan sepi, melewati tanah kosong penuh pohon ditambah cerita bualan tentang penunggu di pohon, maka begitu sendal nempel di kaki, aba-aba 1 2 3 mulai terdengar dari salah satu dari kami. Saat itulah kami akan lari sekencang-kencangnya dari masjid hingga ke rumah yang ada lampu jalannya. Lumayan 500 meter. Setelah itu terengap-engap. Belum lagi kadang ada insiden tersandung batu. Maklum, jalan masih tanah berbatu.

Kenapa nggak nunggu bareng kakak-kakak RISMA? Oh tentu tidak! Mereka bisa pulang jam 11 atau 12 malam. Bahkan ada yang sampai sahur hingga subuh di masjid.

Begitulah keseruan lari malam yang dirindukan itu. Kalau sekarang, jalan sudah diterangi lampu jalan. Rumah sudah dempet-dempet. Mungkin bocah-bocah tidak lagi merasakan lari malam yang penuh kehebohan itu. Malah mungkin sempat mampir jajan di minimarket dekat masjid. Tapi ya itulah, beda jaman beda pengalamannya.

Apakah ingin mengulangnya lagi? Tentu mau. Tapi malu atuh sudah mamak-mamak masa' lari dari masjid ke rumah hehe..

Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun