Nur Aeny
Nur Aeny Guru

Hobi membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

TRADISI Pilihan

Makna Lupis pada Tradisi Syawalan Pekalongan

28 April 2023   23:55 Diperbarui: 29 April 2023   00:15 1744
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Makna Lupis pada Tradisi Syawalan Pekalongan
Tradisi. Sumber ilustrasi: UNSPLASH

Kota Pekalongan, yang terletak di pesisir utara Jawa Tengah, merupakan kota yang kaya akan tradisi dan budaya lokal. Salah satu tradisi yang masih terus dilestarikan hingga saat ini adalah tradisi kearifan lokal syawalan.Tradisi syawalan di Pekalongan biasanya dirayakan pada bulan Syawal, setelah selesai menjalankan ibadah puasa Ramadhan. 

Kegiatan syawalan sendiri merujuk pada tradisi untuk berkunjung ke keluarga, sanak saudara, dan tetangga, sambil saling memaafkan dan bermaaf-maafan.Namun, di Pekalongan, syawalan memiliki makna yang lebih dalam lagi. Selain berkunjung ke rumah-rumah orang yang dikenal, masyarakat Pekalongan juga melaksanakan beberapa tradisi kearifan lokal yang unik dan menarik.

Salah satu tradisi yang paling terkenal adalah "ngalap berkah". Ngalap berkah adalah kegiatan untuk mengumpulkan berkah di sekitar kota Pekalongan dengan cara berkeliling ke berbagai tempat yang dipercaya memiliki kekuatan spiritual.

Tempat-tempat tersebut bisa berupa makam-makam wali, kuburan nenek moyang, atau tempat-tempat yang dianggap sakral oleh masyarakat setempat.Selain ngalap berkah, ada juga tradisi "takbir keliling". 

Takbir keliling dilakukan oleh masyarakat yang membentuk kelompok kecil dan berkeliling kampung atau desa sambil membaca takbir dan dzikir. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkuat tali silaturahmi antara warga dan juga memperkuat iman dan ketakwaan kepada Allah.Tradisi syawalan di Pekalongan juga ditandai dengan adanya kuliner khas seperti lupis,ketupat sayur dan opor ayam yang dihidangkan dalam jumlah besar di berbagai rumah. 

Lupis adalah salah satu makanan khas Indonesia yang terbuat dari ketan yang dicampur dengan kelapa parut serta disiram dengan kuah gula merah. Lupis ini biasanya disajikan sebagai hidangan kue tradisional pada berbagai acara, termasuk pada tradisi Syawalan di kota Pekalongan.

Salah satu kegiatan yang tidak boleh terlewatkan pada tradisi Syawalan di kota Pekalongan adalah memakan lupis. Lupis menjadi hidangan yang sangat populer pada tradisi Syawalan karena rasanya yang lezat dan juga mudah untuk dibuat. 

Biasanya, lupis disajikan dengan kuah gula merah dan taburan kelapa parut yang sudah dipanggang.Untuk membuat lupis, bahan-bahan yang dibutuhkan antara lain ketan, air, garam, daun pandan, kelapa parut, dan gula merah. 

Pertama-tama, ketan dicuci dan direndam dalam air selama beberapa jam hingga menjadi lembut. Setelah itu, ketan ditiriskan dan dicampur dengan air, garam, dan daun pandan.Ketan yang sudah dicampur kemudian dipotong-potong dan dibentuk seperti kotak kecil. Setiap kotak ketan dibalut dengan daun pisang dan dikukus selama kurang lebih 30 menit. 

Setelah matang, lupis disajikan dengan kuah gula merah yang sudah disiapkan sebelumnya.Kuah gula merah untuk lupis biasanya terbuat dari gula merah yang dipotong-potong dan direbus bersama dengan air hingga menjadi kental dan berwarna coklat kehitaman. 

Kemudian, kelapa parut dipanggang hingga matang dan digunakan sebagai taburan pada lupis.Lupis yang disajikan pada tradisi Syawalan di kota Pekalongan biasanya memiliki rasa yang sangat lezat dan nikmat. Hidangan ini tidak hanya menjadi favorit masyarakat Pekalongan, tetapi juga menjadi daya tarik bagi wisatawan yang datang ke kota tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun