Tety Polmasari
Tety Polmasari Lainnya

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Puasa Hari Kedua, Sahur Rasa Berbuka

14 April 2021   09:39 Diperbarui: 14 April 2021   10:04 1092
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puasa Hari Kedua, Sahur Rasa Berbuka
Dokumen Pribadi

Perasaan saya ya, tadi saya bangun jam 3. Setidaknya sepenglihatan saya begitu di hp. Karena saya belum shalat tarawih, maka rencana saya shalat tarawih dilanjut shalat tahajud dulu, baru mempersiapkan sahur. 

Untuk menjalankan ibadah shalat sunat ini hitungan saya sih tidak sampai 1 jam. Ya seperti puasa di hari pertama. Jadi jam 4 masih bisa sahur dengan leluasa.

Sajian untuk sahur gampanglah tinggal dihangatkan saja karena sajian yang seharusnya untuk makan malam itu belum tersentuh. Tidak sampai 10 menit itu untuk menghangatkan sajian yang saya buat di sore hari itu.

Kebetulan kemarin sore itu saya ada agenda pekerjaan yang dilanjutkan dengan buka puasa bersama. Suami juga buka puasa di luar. Anak-anak saya masih kenyang dengan sajian buka puasa: origini, burger, es kelapa, yang semuanya hasil beli sebelum saya dan suami ke luar rumah.

Ketika saya sampai rumah, makanan yang saya masak masih utuh. Termasuk kolak yang saya bikin. Kolak yang berisi pisang, ubi, pacar cina, dan cingcau hitam. Padahal ini kolak kesukaan suami dan anak-anak. Kalau saya sih tidak terlalu suka.

Jadi gampanglah itu menyajikan buat sahur. Saya pun shalat tarawih. Setelah shalat, saya berniat melihat jam agar saya bisa bersiap-siap menghangatkan masakan sambil saya lanjut shalat tahajud.

Pas saya lihat jam di hp saya, ternyata jam menunjukkan pukul 4.22. Astaghfirullah al 'adzim. Sementara waktu shalat subuh jam 4.38. Berarti waktu tersisa 16 menit lagi. Seketika saya bangunkan suami dan anak-anak.

"Ayo pada sahur, bunda telat nih," kata saya pada suami dan anak-anak. Dan, dari masjid terdengar pengumuman waktu subuh tinggal 13 menit lagi.

Ya ampun, jadi grasak grusuk begini. Akhirnya, kami sahur dengan kolak tanpa dihangatkan terlebih dulu. Mau makan nasi dan lauk pauknya tidak keburu. Belum dihangatkan juga.

"Sudah makan yang ada aja, yang penting sahur," kata suami pada anak-anak.

Semangkok kolak saya habiskan tanpa terlalu banyak kunyah. Lalu minum segelas air putih. Alhamdulillah masih bisa sahur. Masih keburu. Meski saya, suami, dan anak-anak bisa saja puasa tanpa sahur, tapi dengan sahur menjadi pembeda puasa umat Islam dengan puasa umat yang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun