Ramadan di Masa Kecil: Sahur dan Sinterklas
Aku mengenal bulan Ramadan sejak kecil. Sejak aku belum ikut berpuasa seperti kedua orangtua dan kakakku. Sejak aku yang hanya ikut-ikutan makan sahur, tetapi di siang hari aku tetap makan, hahaa. Yang kutahu, di akhir bulan Ramadan aku akan melakukan perjalanan bersama mereka. Perjalanan pulang kampung alias mudik.
Kami sekeluarga tinggal di Malang. Namun di setiap momen Idul Fitri, kami pulang ke Blitar. Ya, karena bapak ibuku berasal dari sana. Momen Lebaran selalu dimanfaatkan kedua orangtuaku untuk melepas kangen dengan keluarga besar mereka masing-masing.
Aku masih ingat, kala seusia Sekolah Dasar, aku dan kakakku amat girang kala kami diberi galak gampil oleh sanak saudara. Ya, aku dan sejumlah orang di daerahku menyebutnya galak gampil. Jika kamu belum tahu, galak gampil simpelnya adalah angpau. Di hari Lebaran biasanya anak-anak kecil akan diberi uang yang dibungkus amplop, sekadar untuk melengkapi kebahagiaan di hari raya. Jadi sudah paham 'kan, galak gampil itu apa? Hehee.
Tidak hanya momen Idul Fitri yang kutunggu di setiap pengujung bulan Ramadan. Ada banyak kisah yang aku alami kala menjalani puasa Ramadan di masa kecil dulu. Ada satu momen menarik, yang ingin kuceritakan kali ini. Aku masih ingat, kala itu aku masih duduk di bangku kelas 5 SD.
Kejadian ini berlangsung di akhir tahun 1998. Ya, cuma beberapa bulan semenjak orde reformasi mulai bergulir di tanah air. Kala itu bulan Ramadan berlangsung di sekitar bulan Desember hingga awal Januari 1999. Pada masa itu, sekolah selalu libur di awal Ramadan, dan di akhir Ramadan hingga momen Idul Fitri.
Pada akhir bulan Desember 1998, sekolah telah libur. Aku dan kakakku bersuka cita menikmati liburan sekolah seraya menjalani ibadah puasa. Karena sudah libur, kami lebih banyak menghabiskan waktu di rumah saja. Sesekali membantu Ibu untuk membersihkan rumah dan di sore hari keluar untuk membeli aneka takjil untuk berbuka.
Selain itu, kami hanya menonton televisi, atau tidur, hahaa. Pada saat itu momennya adalah akhir tahun, dan tentunya ada hari raya Natal. Kami memang tidak merayakan Natal, meski kami punya sejumlah saudara yang merayakannya. Namun, kami turut menikmati sejumlah sajian di televisi, yang sengaja dihadirkan untuk merayakan hari Natal.
Di antaranya adalah diputarnya film Home Alone. Hhmm, bagi kalian para generasi yang tumbuh besar di tahun '90an, sudah paham'kan? Di momen hari Natal, saluran RCTI selalu menayangkan film bertema Natal yang amat legendaris itu. Home Alone dibintangi oleh aktor Macaulay Culkin.
Saat diputar di televisi, aku dan kakakku nyaris tak pernah melewatkan untuk menonton film Home Alone ini. Apalagi yang sekuel kedua, dimana ceritanya berpetualang di kota New York. Ahh, pengalaman yang menyenangkan dan tak akan pernah terlupakan. Sambil menunggu waktu berbuka puasa, kami duduk anteng di depan televisi untuk menonton Home Alone dan film-film lainnya, yang sengaja dihadirkan stasiun televisi untuk menemani momen pergantian tahun.
Yah, yang namanya film bertema Natal, pasti akan dihiasi oleh pernak-pernik khas Natal. Begitu juga dengan Home Alone. Tidak hanya pohon cemara yang selalu ada di setiap perhelatan Natal. Tak ketinggalan, sosok Santa Claus atau kita biasa menyebutnya Sinterklas.