Bermudik dengan Bahagia dan Aman
Bulan Ramadan hanya menyisakan beberapa hari lagi. Segenap umat Muslim yang ada di tanah air akan segera memasuki musim pulang kampung. Ya, ritual mudik akan selalu melengkapi berakhirnya bulan Ramadan. Berlebaran di kampung halaman bersama orangtua dan keluarga, tentu adalah kebahagiaan yang tak terkira.
Begitu juga denganku. Idul Fitri tahun ini, aku juga melaksanakan ritual mudik. Perjalanan yang kutempuh, lumayan juga. Dari tempat bekerjaku di Bukittinggi, Sumatera Barat, aku akan menuju Malang, Jawa Timur. Fiuuhh, sejak empat tahun terakhir, kalau aku sedang perjalanan dari Bukittinggi ke Malang atau sebaliknya, sungguh menjadi cerita tersendiri.
Aku bisa menghabiskan seharian untuk perjalanan ini. Start dari Bukittinggi jam 8 pagi, aku baru sampai Malang sekira jam 10 malam. Meski capek, kalau sudah bersua dengan bapak dan ibu di rumah, rasanya plong. Duit memang terkuras untuk perjalanan antarpulau ini. Namun, rezeki tidak akan kemana. Aku yakin, Tuhan sudah menggariskan rezeki untukku, agar aku bisa menjalani faseku hidup di Bukittinggi ini.
Buat aku, menjalani ritual mudik itu perlu persiapan. Aku yang harus transit di Jakarta kala melakukan mudik ke Malang, harus lihai dalam mengatur segalanya. Pertama, untuk rumah yang kutinggalkan di Bukittinggi, pastikan untuk menguncinya hingga aman. Menggembok pagar adalah upaya preventif.
Selain itu, pastikan regulator tabung gas dilepas dahulu selama rumah ditinggal. Pastikan token listrik mempunyai jumlah kwh yang cukup selama ditinggal lebih dari sepuluh hari. Tujuannya agar saat ditinggal, tidak kehabisan token yang trafo-nya dapat berbunyi-bunyi. Jangan lupa pamit ke tetangga atau ketua RT, bahwa rumah sedang kosong lantaran mudik.
Buat aku yang harus transit kala melakukan perjalanan, aku akan membawa barang secukupnya. Jika ada buah tangan yang jumlahnya cukup banyak, bisa disiasati dengan mengirimkannya terlebih dahulu. Dengan begitu, saat melakukan perjalanan barang yang dibawa hanya sebatas keperluan pribadi seperti baju atau lainnya di luar oleh-oleh untuk keluarga di rumah.
Bermudik saat berpuasa adalah tantangan tersendiri. Oleh sebab itu, aku akan membawa bekal makanan. At least untuk berbuka puasa di tengah perjalanan. Minimal air putih, dan roti atau kebab. Perjalanan mudik harus dijalani dengan riang gembira. Oleh karenanya, menjaga kesehatan adalah kewajiban. Supaya di hari-H Idul Fitri kondisi badan tetap fit dan tidak drop.
Sejak pertengahan bulan Ramadan, banyak pihak menyediakan layanan mudik gratis. Kegiatan ini bisa diadakan oleh pemerintah, maupun pihak swasta atau komunitas. Kesempatan ini jangan dilewatkan dan dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya. Dengan mengikuti kegiatan mudik gratis, maka pengeluaran transportasi saat Lebaran bisa diminimalisir.
Dalam memanfaatkan kegiatan mudik gratis, pastikan untuk meneliti semua informasi syarat dan ketentuannya. Misalnya terkait barang bawaan yang diizinkan, mengingat mudik gratis pasti melibatkan peserta yang berjumlah banyak.
Mudik gratis di jalur darat, biasanya akan menggunakan armada bus yang jumlahnya belasan bahkan puluhan. Untuk itu, saat hari-H mudik kita harus mengetahui detil, bus mana yang akan mengangkut kita. Termasuk titik keberangkatannya. Jangan sampai kita terlambat datang dan ketinggalan, yang akhirnya membuyarkan rencana kita untuk pulang kampung gratis.
Buat teman-temanku yang sedang membaca ini, hati-hati di jalan ya. Bermudiklah dengan aman dan bahagia. Jika tidak ingin terjebak, mudiklah lebih awal. Mari nikmati hari raya bersama keluarga besar di tempat asal masing-masing. Namun jangan lupa untuk kembali ke tempat kerja dengan semangat dan energi baru!