Nina Sulistiati
Nina Sulistiati Guru

Pengajar di SMP N 2 Cibadak Kabupaten Sukabumi.

Selanjutnya

Tutup

TRADISI Pilihan

Mudik dan Urgensinya Untuk Para Perantau

22 April 2022   23:35 Diperbarui: 22 April 2022   23:44 586
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fenomena mudik di Indonesia terjadi dengan berbagai alasan, antara lain:

  1. Pemerintah kita menganut sistem pemerintahan tersentral sehingga banyak penduduk Indonesia yang berada di pedesaan mengadu nasib di kota-kota besar. Perjuangan mereka untuk memperbaiki hidup dengan berbagai upaya dan kesibukan. Masa-masa libur lebaran inilah yang digunakan oleh mereka untuk beristirahat.
  2. Seorang perantau butuh pulang ke rumah karena rumah mereka adalah tempat mereka dilahirkan, dibesarkan, bersekolah sehingga memberikan kenangan yang tersendiri dalam hidup mereka. Keluarga adalah akar utama mereka tumbuh. Kemana pun mereka merantau, pastinya ada kerinduan untuk pulang ke kampung halaman untuk mengingat sebuah kenangan.
  3. Mudik memiliki nilai religius. Dalam agama Islam ada perintah saling memaafkan setelah melaksanakan puasa sebulan penuh. Permohonan maaf ini ditujukan kepada sesama muslim, saudara, kerabat, teman, dan khususnya orang tua. Ada hadist yang berbunyi: "Beribadahlah pada Allah SWT dengan sempurna jangan syirik, dirikanlah sholat, tunaikan zakat, dan jalinlah silaturahmi dengan orangtua dan saudara." (HR. Bukhari)
  4. Mudik memberikan makna spritual bagi pelakunya. Makna spritual di sini adalah kebutuhan dasar serta pencapaian tertinggi seseorang dalam kehidupannya tanpa memandang suku, agama, dan ras. Kebutuhan dasar itu meliputi kebutuhan fisiologis, dihargai, cinta kasih, dan aktualisasi diri.
  5. Para kerabat yang berada di kampung biasanya memberi anggapan bahwa para pemudik adalah orang-orang yang membawa keberhasilan dan kesuksesan.
  6. Ingin berbagi kasih dan rejeki. Biasanya momen lebaran ini dijadikan ajang berbagi kepada sudara-saudara yang berada di kampung. Memberikan kebahagiaan itu adalah sebagian dari ibadah. Namun, perlu diingat jauhkan ria dalam hati karena akan mengurangi nilai pahala. Jauhkan juga rasa sombong agar nilai silahturahmi lebih bermakna. Jauhkan keinginan pamer kekayaan pada saat mudik agar makna silahturahmi ini menjadi lebih berarti.

Alasan-alasan di atas membuat mereka bersedia mengeluarkan uang untuk biaya mudik, meluangkan waktu liburnya untuk melakukan perjalanan jauh dan melelahkan bahkan ada yang bersedia menggunakan transportasi roda dua agar bisa mudik.

Semoga tradisi mudik tahun ini tidak meninggalkan banyak cerita buruk bagi para pemudik. Semoga mereka tiba sampai ke tempat tujuan dengan selamat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun