Improve the reality, Lower the expectation, Bogor - Jakarta - Tangerang Twitter dan IG @nisamasan Facebook: Khairunisa Maslichul https://nisamasan.wordpress.com
Sariawan Menyerang, namun Ibadah Harus Tetap Tenang
Kedua, obati (terlebih dahulu) dengan bahan alami. Pernah mendengar istilah "let food be thy medicine?" Istilah itu dicetuskan oleh Hippocrates, seorang tabib Yunani kuno, yang meyakini bahwa alam telah menyediakan obat bagi penyakit di muka bumi ini dalam bentuk bahan pangan yang kita konsumsi.
Islam pun mengajarkan pengobatan ala Rasulullah saw yaitu "Thibbun Nabawi." Salah satu bahan alami yang berkhasiat tinggi untuk pengobatan penyakit menurut Nabi Muhammad saw yaitu madu (honey).
Khasiat madu juga telah tertera dalam Al-Qur'an yaitu Surat An-Nahl (surat ke-16) pada ayat 68-69. Kedua ayat tersebut menyebutkan:
Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibuat manusia." (16: 68)
Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan. (16: 69).
Saat meminum obat-obatan alami tersebut, pastikan kita berdoa terlebih dahulu agar khasiatnya semakin (cepat) terasa. Saya akui, obat dari ramuan alami memang tidak seinstan efeknya seperti obat-obatan kimiawi. Meskipun begitu, obat dari bahan alami memiliki nilai lebih yaitu minim efek samping dan bahkan telah dijamin khasiatnya dalam kitab suci serta para ilmuwan sejak ribuan tahun lalu.
Harap diingat, pemberian madu tidak disarankan untuk anak di bawah 1 tahun. Ini karena pencernaan bayi usia 0-12 bulan belum mampu menyerap madu secara sempurna. Setelah usia 12 bulan, bayi boleh diperkenalkan dengan madu sedikit demi sedikit.
Setelah mengenali penyebab penyakit ringan dan mengobatinya secara alami, langkah ketiga ini tak kalah pentingnya. Tentu saja, memperkuat imunitas tubuh selama Ramadan membuat ibadah tetap lancar berjalan.
Belajar dari pengalaman saya setelah mengalami sariawan di awal Ramadan, kini air putih dan madu rutin saya konsumsi setiap hari. Satu sendok makan madu saya konsumsi saat buka dan sahur.
Sesuai rekomendasi kesehatan, saya pun meminum 8 gelas air putih sehari-hari. Rinciannya yaitu masing-masing 2 gelas saat berbuka dan sahur, 1 gelas sebelum dan bangun tidur, serta 1 gelas sebelum dan sesudah sholat tarawih.
Buah-buahan kaya serat pun tak ketinggalan. 3 butir kurma saat buka dan 7 butir kurma ketika sahur menjadi menu harian Ramadan. Buah sumber karbohidrat plus serat seperti pisang maupun buah berwarna cerah yang tinggi vitamin A dan C yaitu pepaya dan jambu biji pun turut tersedia di meja makan.
Sejatinya, mencegah memang lebih baik daripada mengobati. Kini saya pun mengurangi konsumsi gorengan dan makanan pedas selama Ramadan agar badan tetap fit saat beribadah.