niti negoro57
niti negoro57 Wiraswasta

Seneng ngulik sesuatu yang asing

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Fenomena Berburu Amplop THR Anak

9 April 2024   12:18 Diperbarui: 9 April 2024   12:40 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fenomena Berburu Amplop THR Anak
Ilustrasi Amplp THR Anak (Sumber : kalbar.suara.com)

Tunjangan Hari Raya (THR) merupakan salah satu momen yang dinantikan, terutama oleh anak-anak. Namun, di tengah arus modernisasi dan perubahan nilai sosial, muncul fenomena menarik: anak-anak yang aktif "berburu" amplop THR dari saudara-saudara mereka. Fenomena ini menyorot bagaimana tradisi pemberian THR telah berubah seiring dengan perkembangan zaman, dan menimbulkan pertanyaan tentang dampak sosial dan nilai-nilai yang mungkin terkandung di dalamnya.

Dalam artikel ini, saya berusaha akan mengulas lebih jauh fenomena menarik ini, mengeksplorasi penyebabnya, implikasi sosialnya, dan bagaimana kita dapat membimbing anak-anak untuk memahami nilai-nilai yang sebenarnya terkandung dalam tradisi pemberian THR. Mari kita bersama-sama memahami dinamika yang terjadi di balik fenomena anak-anak yang "berburu" amplop THR dari saudara.

Perubahan Paradigma dalam Tradisi Pemberian THR
Tradisi pemberian THR telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya Indonesia. Awalnya, THR diberikan sebagai tanda kasih sayang dan kepedulian dari majikan kepada karyawan sebagai bantuan ekstra menjelang Hari Raya. Namun, dengan perkembangan zaman, tradisi ini telah berkembang dan tidak terbatas pada hubungan antara majikan dan karyawan. Semakin banyak keluarga yang memberikan THR kepada anggota keluarga lainnya, termasuk kepada anak-anak.

Fenomena "Berburu" Amplop THR
Dalam beberapa tahun terakhir, terjadi fenomena menarik di mana anak-anak secara aktif "berburu" amplop THR dari saudara-saudara mereka. Mereka berlomba-lomba untuk mendapatkan sebanyak mungkin amplop THR dari anggota keluarga, seperti kakek nenek, paman, bibi, atau bahkan dari saudara mereka sendiri. Aktivitas ini seringkali diiringi dengan kegembiraan dan antusiasme yang tinggi, serta menjadi momen yang dinantikan oleh anak-anak.

Implikasi Sosial dan Nilai yang Tersirat
Fenomena ini mengundang refleksi tentang nilai-nilai sosial dan dampaknya terhadap perkembangan anak-anak. Di satu sisi, tradisi ini bisa memperkuat ikatan keluarga dan memupuk rasa persaudaraan di antara anggota keluarga. Namun, di sisi lain, ada juga potensi untuk menciptakan ekspektasi materialisme dan persaingan di antara anak-anak, serta mengaburkan makna sejati dari Hari Raya yang seharusnya lebih tentang kebersamaan dan kepedulian.

Mendidik Anak-Anak tentang Nilai Sejati Hari Raya
Dalam menghadapi fenomena ini, penting bagi orang tua dan masyarakat untuk memberikan pendidikan yang tepat kepada anak-anak tentang makna sejati Hari Raya. Mereka perlu dipahamkan bahwa THR bukanlah semata-mata tentang uang atau materi, tetapi lebih pada rasa syukur, keberkahan, dan kepedulian terhadap sesama. Dengan demikian, anak-anak dapat memahami nilai-nilai yang sebenarnya terkandung dalam tradisi pemberian THR dan memaknainya dengan cara yang lebih bermakna.

Fenomena "anak-anak panen berburu amplop THR saudara" menggambarkan perubahan dalam paradigma tradisi pemberian THR dan menyoroti pentingnya pendidikan nilai-nilai kepada anak-anak. Sambil tetap menghargai tradisi dan kegembiraan anak-anak dalam menyambut Hari Raya, mari juga bersama-sama mengarahkan mereka untuk memahami makna yang lebih dalam di balik tradisi ini, sehingga mereka dapat tumbuh menjadi individu yang lebih berempati, penuh rasa syukur, dan bertanggung jawab dalam memaknai keberkahan Hari Raya.

Dengan memberikan pemahaman yang tepat kepada anak-anak tentang makna sejati Hari Raya, kita dapat membantu mereka mengembangkan sikap empati, rasa syukur, dan kesadaran akan pentingnya berbagi kepada sesama. Dengan demikian, fenomena anak-anak yang "berburu" amplop THR dapat menjadi peluang untuk mendidik mereka tentang nilai-nilai yang lebih bermakna, serta memupuk sikap yang lebih baik dalam menghadapi tantangan dan perubahan di masa depan.

Mari kita bersama-sama berkomitmen untuk memandu anak-anak agar mereka tidak hanya menjadi penerima THR yang ceria, tetapi juga menjadi individu yang bertanggung jawab, berempati, dan peduli terhadap lingkungan sekitar. Dengan demikian, tradisi pemberian THR dapat tetap dijunjung tinggi sebagai momen yang mempererat kebersamaan dan kepedulian dalam keluarga dan masyarakat, serta menjadi sarana untuk menumbuhkan generasi yang lebih baik di masa depan.

Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun