Beberapa Obrolan Saat Lebaran yang Disinyalir Menuai Dosa Baru
Begitulah Islam mengajarkan bagaimana seharusnya lisan ini tidak tersalah. Sebab meski kita tahu bahwa lisan yang mungil dan tertutup rapat oleh gigi-gigi serta bibir, tetapi ia mampu melukai hati dan perasaan orang lain.
Bahkan dari lisan pun juga sanggup memakan bangkai saudaranya. Dari silaturrahim ke satu rumah, berbincang, ngobrol, lalu mendapat informasi tentang seseorang. Lantas berpindah silaturrahim ke rumah berikutnya, dengan santai dan lancarnya menceritakan info yang baru saja diperoleh.
Bukankah kita tahu, manusia yang kerap menceritakan apa yang didengar dapat dikatakan sebagai seorang pendusta.
Allah ‘azza wa jalla berfirman,
وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ
“Dan janganlah kalian saling menggunjing. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang” (QS. Al-Hujurat: 12).
Semoga silaturrahim yang telah diamalkan saat hari raya benar-benar menjadi pemberat timbangan amal Sholeh. Dan di luar Ramadan tetap sanggup menjaga lisan seperti halnya Ramadan karena kekhawatiran akan murka Allah subhanahu wa ta'ala.
Taqobbalallahu Minna wa minkum
Sholihul A'mal