Coronavirus, Bulan Suci Ramadhan dan Nuansa Sekolah
Dimana pintu menuju surga dibuka selebar-lebarnya, pintu menuju neraka ditutup rapat-rapat. Mudik ke kampung halaman bolehlah ada larangan. Namun mudiknya jiwa untuk menuju fitrah tidaklah mampu dilarang.
Karena coronavirus juga, sekolah-sekolah sepi dari semua kegiatan pembelajaran. Tanpa kegiatan pesantren kilat saat ramadhan tiba. Tanpa mendengar dan menyaksikan suasana sekolah seperti suasana di pondok pesantren. Meskipun pembelajaran jarak jauh dengan tema ramadhan masihlah tetap berlangsung di rumah.
Ini adalah momen libur kegiatan dalam lingkungan sekolah terlama, terpanjang sepanjang perjalanan hidup saya ini, khususnya dalam masa pengabdian saya sebagai pendidik. Bahkan momen yang baru saja dilasanakan yakni peringatan hari pendidikanpun tanpa ada upacara bendera maupun perayaan hajat insan pendidikan di sekolah. Peringatan harus puas dengan menyaksikan upacara secara virtual dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Peringatan Hari Pendidikan Nasional tanpa menyaksikan kehidmatan para siswa dalam mengikuti tahap demi tahap jalannya upacara bendera, tak terdengar bait demi bait kumandang lagu Indonesia Raya yang penuh semangat manakala mengiringi naiknya Sang Saka Merah Putih ke angkasa.
Sunyi dari kerenyahan tawa riang dan keceriaan siswa tatkala mengikuti berbagai kegiatan lomba-lomba dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional. Coronavirus telah merenggut keceriaan dan kebahagiaan para siswa. Semoga cukup hanya untuk tahun ini saja peringatan hari pendidikan nasional tanpa adanya peringatan, tanpa adanya kegiatan dalam keramaian lomba-lomba uji kompetensi.
Dari ketiga momentum itulah, kiranya dapat mengambil pembelajaran tentang artinya sebuah kesabaran dalam rangka meningkatkan kualitas keimanan diri kita.
Cirebon, 04052020
Novi Nurul Khotimah