Senandung Ramadan Penyejuk Kalbu
Ramadan di hati..
Ramadhan.. Ramadhan..
Ku mohon usah pergi…”
Begitu dahsyatnya lirik lagu itu sehingga ketika mendengar senandung lagu itu hati bergetar hebat, keharuan dan kerinduan yang membuncah dalam dada akan hadirnya bulan ramadhan ini. Lagu bukanlah sekedar lagu biasa. Lirik lagu yang memiliki makna mendalam atas seorang hamba terhadap Tuhannya.
Ada kedamaian jiwa, ketenangan batin, kekhusyukan yang berbeda dibandingkan bulan-bulan lainnya ketika melaksanakan amalan-amalan ramadhan. Nikmat agungnya hanya dapat dirasakan dengan hati di bulan suci ramadhan ini. Setidaknya itulah yang saya rasakan ketika menjalani bulan ramadhan ini.
Amalan puasa yang membuat diri bahagia dalam satu hari satu malam yang bisa saya lakukan dalam rangka meraih ridho-Nya, menggapai rahmat-Nya.
Dimulai saat dini hari, ketika saatnya sahur tiba, pukul 03.00 dini hari, mata ini sudah terbangun. Sebelum beranjak ke dapur untuk menyiapkan menu sahur keluarga, terlebih dahulu mensucikan diri dengan mengambil air wudhu untuk sejenak bersujud di hadapan-Nya, mengurai rindu akan rengkuh-Nya, menghadirkan-Nya dalam qalbu melalui salat malam, dzikir, bershalawat dan do’a-doa. Hadir bahagia, ketentraman jiwa, itu yang saya rasa.
Menyiapkan menu sahur praktis untuk keluarga adalah suatu pilihan. Salat subuh berjama’ah, dilanjutkan dengan tadarus Al Qur’an bersama keluarga hingga memasuki waktunya shalat Isyraq . Ayat demi ayat yang dibaca semakin terasa cahaya yang menempa namun semakin dalam dan hausnya diri merindu kasih-Nya.
Sehari penuh menjalani ibadah puasa dengan amalan-amalan lain di siang hari yang tidak bisa dipaparkan satu persatu sungguh merupakan bagian yang sangat sayang dilewatkan dalam mengisi bulan suci ramadahan yang penuh berkah dan rahmat ini hingga datang waktunya menyiapkan makanan untuk waktunya berbuka puasa.
Selanjutnya adalah melaksanakan ibadah shalat tarawih berjamaah di rumah saja karena kondisi covid-19 yang belum mereda. Namun demikian tidaklah mengurangi kekhusyukan dalam melakukannya. Dilanjutkan tadarus Al Qur’an termin kedua hingga menunggu kantuk tiba. Adalah rasa syukur yang tiada henti atas segala nikmat-Nya di bulan ramadahan ini. Hanya akan tertinggal sesal yang tak kunjung hilang andai momentum ramadhan ini tidak bisa saya manfaatkan dengan segala kemampuan saya dalam menggapai rahmat-Nya.
Tiada terasa bulan Ramadhan kini memasuki hari ketiga belas. Tepatnya sudah memasuki sepuluh hari pertengahan. Pada sepuluh hari pertengahan ini adalah masa turunnya ampunan. Semoga kiranya Allah mengampuni diri ini yang berlumur dosa. Aamiin… .