Mudik Asyik Hati Senang
Fenomena mudik hari raya sangat asyik untuk di bahas.
Tulisan ini terinspirasi saat pagi hari nonton TV nasional. Dari satu Chanel ke Chanel lain isinya nyaris sama tentang kondisi jalan yang terpantau sangat ramai akibat puncak arus mudik.
Berbagai jenis kendaraan tumplek blek di jalan berpacu berdesakan merayap untuk sebuah tujuan yang sama. Terbayang tanah kelahiran yang siap menyambut kehadirannya.
Kaum muslimin bersuka cita bersama menyambut hari raya idul Fitri. Para pemudik berbondong2 meninggalkan kota tempat mengais rezeki menuju kampung halaman. Tak peduli panas terik atau sulitnya medan di jalanan karena bawaan yang banyak terutama bagi yang pake sepeda motor. Belum lagi anak dan isteri di boncengan belakang.
Oh ya ada juga kejadian lucu yakni isteri yang di boncengnya tertinggal di suatu tempat istirahat, dan teringat setelah 2 jam. Otomatis kembali lagi menjemput isterinya. He.. . ada2 aja. Bagi yang menggunakan mobil, rest area menjadi pilihan mereka untuk istirahat.
Di sana para pemudik melepaskan lelahnya untuk beberapa saat. Karena banyaknya pemudik yang istirahat mengakibatkan halaman rest area penuh melebihi kuota. Karenanya diharapkan agar istirahat seperlunya saja supaya bergantian dengan kendaraan yang lain.
Daya magnet kampung halaman masih tetap menjadi primadona saat merayakan hari raya. Tentu bukan tanpa alasan.Di ibu kota mereka hanyalah orang asing ada yang sebatang kara. Datang ke sana demi sesuap nasi bahkan sebongkah berlian.
Teringat saat covid 19 melanda. Ada yang tetap nekad pulang kampung walaupun larangan sudah diberlakukan. Berbagai cara di lakukan demi sebuah kebersamaan.Apalagi saat kondisi sudah aman seperti ini. Ghiroh berkumpul bersama keluarga tentulah sangat tinggi. Mungkin ketentraman, ketenangan hati dan suasana syahdu akan lebih terasa. Terlebih jika orang tua masih ada.
Moment inilah dirasa tepat dalam menunjukan baktinya kepada mereka setelah sekian lama tidak bertemu. Kesempatan meminta maaf atas segala salah dan khilaf, kesempatan berkeliling bersilaturrahmi ke sanak saudara. Kesempatan bertemu dengan saudara jauh yang biasanya datang pada moment Akbar ini.
Mengadu nasib mencari penghidupan yang layak adalah sunnatullah. Di mana pun bumi terhampar di situ manusia bisa bahu membahu menjemput rezeki Allah.