Merupakan seorang pengajar yang suka menulis motivasi, pendidikan, sosial, budaya serta beberapa tulisan random lainnya
Kisah Sedih di Balik Lebaran
Lebaran identik dengan kebahagiaan yang menular. Banyak orang berbagi kebahagiaan dan pastinya bagi-bagi THR. Di hari keempat ini, mungkin banyak yang sudah kembali ke aktivitas dan kembali ke perantauan dengan membawa berbagai bawaan termasuk cerita. Namanya cerita, tak semuanya bersifat cerita yang menyenangkan, tapi juga ada cerita sedih yang menjadikan kita banyak berfikir dan merefleksikan apa yang telah terjadi.
Banyak pertanyaan orang-orang terdekat yang terkesan basa-basi tapi bisa membuat sakit hati. Rasanya pertanyaan itu sangat ringan tapi berat dalam kehidupan orang lain. Bahkan untuk sebagian orang, pertanyaan yang bisa diprediksi dan telah disiapkan jawaban itu tetap saja menjadi momok menakutkan. Beberapa pertanyaan itu adalah sebagai berikut:
- Kapan nikah?
Bagi beberapa orang yang memiliki umur yang dianggap cukup matang untuk menikah, pertanyaan ini menjadi menyebalkan. Setiap orang memiliki target dalam kehidupannya. Mereka juga memiliki beberapa permasalahan yang mungkin saja disimpan karena bukan konsumsi publik. Ada juga yang merupakan tulang punggung keluarga yang perlu bekerja lebih keras sehingga belum memprioritaskan pasangan sebagai tujuan selanjutnya. Pertanyaan klasik ini memang sangat menyakitkan. Mengapa kita tidak mendoakan yang terbaik saja? Toh jawabannya juga tidak ada hubungannya dengan kita kan? - Kapan punya momongan?
Setiap pasangan yang telah menikah memiliki beberapa keputusan dan masalah dalam pernikahannya. Ada yang memutuskan untuk childfree, ada yang memiliki masalah organ reproduksi, ada yang memiliki keputusan menunda karena berbagai alasan, ada juga yang memang belum dikaruniai momongan oleh Sang Pencipta. Semua alasan itu terkadang memang tidak diungkapkan oleh pasangan karena nyatanya itu bukan konsumsi publik. Lagi-lagi kita cukup mendoakan, tak berlu bertanya, apalagi membandingkan. - Kok gemukan? kok kurusan?
Kita tak tau target orang lain. Kadang ia memang sengaja membuat dirinya naik berat badan atau turun karena beberapa hal. terkadang ada juga memiliki riwayat penyakit yang membuat berat badannya tidak stabil. Bahkan ada yang memiliki masalah dengan kehidupannya sehingga berpengaruh ke berat badan. Ada yang salah? Mengingatkan itu baik, tapi kalau tidak tau berapa dalamnya hati orang lain, baiknya di tahan saja yaaa mengingatkannya - Sekarang kerja apa?
Baru lulus dari pendidikan dengan berdarah-darah eh pas lebaran di tanya begitu. Aduh kasihan rasanya. Coba kalau orang tau sulitnya, pasti tidak akan bertanya. - Anaknya budhe A udah dapet mobil dari kerjanya. Kamu gimana?
Menjadi kebanggaan orang tua adalah sebuah prestasi, bagi yang telah memiliki tempat baik dalam pekerjaannya. Tapi kalau belum, ini bisa jadi pertanyaan yang akan sangat diingat seorang anak. Tidak semua anak bisa 'legowo' ketika dibandingkan. Bisa jadi dia memiliki pencapaian lain dalam hidupnya atau prestasi lain yang berdampak bagi orang lain.
Nyatanya lebaran adalah momen yang tidak begitu menyenangkan untuk sebagian orang. Karena ujian orang itu berbeda-beda, tentunya kita perlu bijak dalam memulai obrolan yaa. Gak perlu punya mindset update kehidupan orang lain. Cukup urus urusan sendiri dan tidak perlu membandingkan. Mental mu adalah milikmu, begitu juga orang lain. Bantu setiap orang untuk sehat mentalnya dengan tidak basa-basi dengan pertanyaan yang menyakitkan.